Powered by Blogger.
Home » » Hidup dan Berkarya lewat  Musik

Hidup dan Berkarya lewat  Musik

Written By Unknown on Tuesday, October 9, 2012 | 8:59 AM

Musik bagi Willy Soemantri adalah jalan hidup. Setelah berkelana dan menancapkan nama di blantika musik Indonesia, kini musik menjadi sarana untuk berkarya memuji nama Tuhan.

SEBAGAI peñata musik, nama Willy Soemantri pernah berkibar di blantika musik Indonesia. Beberapa aransemen album milik penyanyi legendaris Iwan Fals lahir dari tangannya. Sejak dulu, musik memang sudah mendarah daging dan menjadi pilihan hidupnya.

Willy lahir dari keluarga keturunan Tionghoa. Kedua orangtuanya menyukai musik dan keduanya juga menguasai alat musik. Sang ayah bermain biola, sedangkan ibunya bermain piano. Ketika duduk di kelas 5 sekolah dasar, Willy mulai belajar gitar.

Duduk di kelas dua SMP, dia kian asyik bermusik. Dengan sembunyi-sembunyi, Willy mulai bermain dari satu night club ke night club lain. Dia mencuri-curi waktu, sampai akhirnya ketika duduk di kelas dua SMA, dipanggil kedua orangtuanya dan ditanya, “Lo mau sekolah atau mau ngamen?”

Ketika itu Willy menangis. “Papa ingin saya menjadi insinyur. Saya berjanji kalau tidak naik kelas akan berhenti bermain musik. Tapi jika sebaliknya, saya minta mereka jangan melarang saya bermain musik.”

Dari situlah sekolah dan bermain musik berjalan seiring. Sampai akhirnya, Willy memutuskan meninggalkan bangku kuliah untuk lebih berkonsentrasi bermain musik. Padahal, ketika itu, satu tahun lagi ia sudah mendapat gelar insinyur. Meski demikian, terbukti jalur musik membawa banyak berkat. Willy membeli motor pertamanya dari honor bermusik, dan kini Willy melayani Tuhan, menjalani dan memperkaya kehidupan spiritualnya lewat Willy Soemantri Music School (WSMS).

Willy Soemantri Music School
Sekolah musik yang didirikan Willy berkembang pesat. Dari satu tempat, sekarang sudah berkembang menjadi 24 tempat kursus dengan jumlah siswa lebih dari 4 ribu orang. Tentang sekolah musik yang dia dirikan, Willy berkisah, “Suatu hari saya seperti mendapat petunjuk agar mendirikan sekolah musik. Dengan musik, saya diminta mengembangkan talenta-talenta untuk memuji nama Tuhan,” kisahnya.

Membawa misi tersebut, Willy menyeleksi sendiri kemampuan guru-guru yang mengajar di Willy Soemantri Music School. Willy percaya, musik mampu melembutkan hati, membuat seseorang menjadi lebih peka, dan membuat anak menjadi lebih cerdas. Banyak yang kemudian bertanya, apa kaitannya bermain musik dengan kecerdasan anak? Berbagai penelitian yang dilakukan para ahli membuktikan keterkaitan musik dan kecerdasan. Willy pun beberapa kali menghadapi kasus yang mendukung penelitian tersebut.

Ayah tiga anak ini bercerita, pernah ada muridnya yang ingin berhenti belajar gitar di tengah jalan, karena harus belajar dan merasa tidak punya waktu untuk latihan. “Saya bilang, mau enggak coba belajar gitar sambil belajar? Mamanya telepon, apa enggak salah ngajarin seperti itu om? Saya bilang tidak, kita lihat saja hasilnya. Anak itu akhirnya belajar pelajaran sekolah, sambil terus melatih kelancaran tangan dalam bermain gitar. Hasilnya, angka-angka pelajarannya lebih baik,” ujar Willy.

Dalam beberapa hal, Willy memang memiliki pendapat yang agak ekstrem alias di luar pendapat umum. Cohtoh, dia tidak sependapat jika belajar musik sebaiknya diawali dengan piano. Bagi Willy, pendapat itu merupakan bagian dari propaganda industri.

Jika anak memang berminat pada piano, maka belajar piano sejak usia dini tidak menjadi masalah. Tetapi jika anak lebih berminat pada alat musik lain seperti drum misalnya, Willy berpendapat jangan dipaksakan belajar piano. “Ada yang bilang jika awalnya bermain drum, maka pengenalan nadanya akan jelek. Saya bilang tidak! Drum akan mengajarkan ritme yang baik. Jika kemampuan ritmenya kuat, maka otomatis akan baik ketika belajar piano dan alat musik lain. Banyak yang jago main piano tapi ritmenya jelek,” papar Willy.

Itu sebabnya, Willy selalu menyarankan agar orangtua menghargai alat musik yang dipilih anak. Di Willy Soemantri Music School, guru-guru akan membantu mengidentifikasikan bakat anak. Jika di tengah jalan ternyata terlihat lebih berbakat bermain biola dibandingkan dengan piano, maka guru akan menyarankan untuk berpindah kelas agar pengembangan bakatnya lebih maksimal.”

Tidak ada batasan usia untuk belajar bermain musik. Kebanyakan orang, tutur Willy, malu belajar musik karena merasa sudah tua. “Mengapa mesti malu? Musik itu membantu memperpanjang umur. Saya selalu mengatakan, jangan pernah malu belajar, meski sudah berumur.”

Di WSMS, selain anak-anak, cukup banyak oma dan opa yang usianya sudah 60 bahkan 80 tahun baru belajar musik. Bahkan, Willy kini punya komunitas yang sering mengadakan acara Oldiest Night, dimana oma dan opa bisa bebas berekspresi, bermain musik hingga menyanyi.

Begitulah kini Willy menjalani dan memaknai kehidupan, sambil terus berkarya. Dia menyaksikan ketiga anak tumbuh dewasa, menekuni keahlian masing-masing dan semuanya bisa bermusik. Putra pertamanya Andre Soemantri dominan gitar, Dewiarti Soemantri selain berpraktek sebagai psikolog juga dominan di piano, sedangkan anak bungsunya Yesaya Wilander Soemantri (Echa), dominan drum, namun menguasai juga gitar dan piano. Echa putra bungsunya tercatat sebagai drummer muda Indonesia yang prestasinya seringkali diperbincangkan.
Share this article :

0 comments:

Post a Comment

 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Copyright © 2011. Belajar di Mall - All Rights Reserved
Template Modify by Creating Website
Proudly powered by Blogger