SORE itu suasana di Kids Foot Rahabilitation Center, RS Mitra Keluarga, Kelapa Gading, Jakarta Utara ramai aktivitas anak yang tengah menjalani terapi. Tobias, 4 tahun, misalnya, asyik menggambar untuk mengalihkan perhatian, saat kakinya mendapat terapi getar.
Lina sang Bunda, setia menunggu. Dua kali dalam seminggu dia menemani putranya melakukan terapi. Di rumah dilanjutkan sesuai petunjuk dokter, termasuk penggunaan sepatu khusus saat tidur dan penggunaan sol khusus minimal 6 jam dalam satu hari. “Telapak kaki Tobias bentuknya flat, tidak ada cekungan, sehingga menyulitkan dia saat berjalan. Sekarang sudah mulai membentuk,” tutur Lina yang baru bisa mendapat giliran terapi saat usia anaknya 2,5 tahun.
Pasien di Kid’s Foot Rehabilitation Center memang luar biasa banyak. Daftar tunggu pemeriksaan dan terapi pun sudah sampai 2015. Dr Meidy H Triangto SpRM tidak menyangka pasiennya akan begitu banyak. Saat praktek, dia menyediakan hampir satu hari waktunya, dari pukul 09.00 hingga 21.00 WIB.
Apa saja sebenarnya yang perlu diketahui dan diwaspadai orangtua seputar tumbuh kembang kaki? Berikut cuplikan tanya jawab dengan Dr Meidy H Triangto SpRM.
Apa Sebenarnya yang dimaksud dengan kelainan pada kaki?
Kelainan pada kaki itu mencakup telapak kaki. Gangguan lainnya terjadi pada tungkai hingga lutut. Jenis kelainan yang dialami bisa beraneka macam, pada umumnya terjadi karena pergeseran sumbu atau rotasi tulang yang salah. Misalnya pergeseran tempurung lutut, hingga saat kaki dirapatkan, cenderung bergeser ke luar, berlainan arah atau justru cenderung ke dalam bertemu.
Secara garis besar, apa saja jenis kelainan yang bisa terjadi?
Ada banyak macam. Di antaranya telapak kaki flat, lengkung kaki terlalu tinggi (high arch), saat berjalan jari kaki mengarah ke dalam (toe in) atau mengarah keluar (toe out), gangguan pada tungkai kaki berbentuk X atau justru O, dan sebagainya.
Apa penyebab dari kelainan-kelainan tersebut?
Penyebabnya beraneka ragam. Faktor internal menyangkut genetika. Tapi bisa juga dipicu faktor eksternal seperti salah pakai sepatu hingga menyebabkan telapak kaki flat, cara gendong, pemakaian popok modern sekali pakai yang terlalu sering dan tidak sesuai ukuran, cara tidur yang salah misalnya terlalu sering menidurkan anak dengan posisi telungkup seperti gaya katak, cara duduk yang cenderung ditekuk membentuk huruf W hingga penggunaan baby walker. Untuk penggunaan baby walker, saya tidak anjurkan sampai anak benar-benar sudah bisa berdiri, biasanya sekitar usia satu tahun, sudah kuat menyangga seluruh tubuh. Jika belum, kemungkinan besar bisa berpengaruh pada pertumbuhan kaki.
Bagaimana orangtua bisa tahu ada kelainan kaki pada anaknya?
Perhatikan cara jalannya. Ada yang cenderung jinjit meski sudah lewat usia dua tahun. Ada juga ketika berjalan seringkali jatuh. Perhatikan juga bentuk telapak kaki, mata kaki, tungkai, dan lutut.
Tapi satu hal yang perlu diketahui, pertumbuhan kaki bayi itu berubah-ubah hingga usia sekitar 6-7 tahun. Saat bayi telapak kaki cenderung flat karena masih diapisi lemak dan belum digunakan untuk berjalan. Secara perlahan sekitar usia 1,5 sampai 2 tahun mulai terbentuk lengkungan. Selain itu, hingga usia 18 bulan ada kecenderungan sudut lutut pada bayi melengkung atau disebut (bowleg). Setelah 18 bulan mulai berubah dengan kecenderungan huruf X. Perubahan-perubahan seperti ini terjadi hingga usia 6-7 tahun. Tapi tentu perubahan yang dimaksud masih dalam sudut derajat pergeseran tungkai dan lutut yang normal.
Bagaimana orangtua bisa tahu normal atau tidak?
Orangtua mesti memperhatikan baik-baik, apakah ada kelainan bentuk pada kaki anaknya? Apakah anak sering jatuh padahal usia anak sudah 3 tahun? Apakah ada kecenderung terus lari (hiperaktif) tidak bisa jalan pelan? Atau bahkan mengeluh nyeri, kaki cepat lelah saat melakukan aktivitas? Semua itu bisa jadi pertanda adanya kelainan bentuk kaki.
Jika memang terlihat ada kelainan, segera bawa ke dokter. Di Kids Fot, saya biasanya melakukan beberapa tahap pemeriksaan statik dan dinamik. Pemerinsaan foot print dilakukan dengan cara meihat cara jalan anak. Kemudian dilakukan pemeriksaan statis, diukur panjang kaki dan sudut putaran lutut. Setelah itu dilakukan tindakan sesuai kondisi. Misalnya memakai sepatu dengan sol khusus, sepatu khusus untuk tidur, dan tentu terapi.
Kapan waktu yang tepat untuk memulihkan kelainan pada kaki?
Usia di bawah lima tahun adalah waktu yang tepat. Di bawah usia itu, kaki masih bisa dibetulkan dengan sempurna. Di atas usia 5 tahun, masih bisa diterapi, tapi hasilnya tidak bisa sesempurna seperti saat dilakukan di bawah usia 5 tahun.
Tadi disinggung soal kesalahan memilih sepatu. Sepatu seperti apa yang baik untuk anak?
Saat anak merangkak sebaiknya orangtua memilih sepatu yang solnya lentur dan bagian punggung kaki tidak banyak pernik. Sebab, ketika merangkak bagian punggung kaki akan menghadap ke bawah.
Saat anak mulai berjalan merambat, jangan memilih sepatu sandal. Saya selalu anjurkan untuk memilih jenis sepatu tertutup, dan terbaik adalah sepatu olahraga, karena ada penyangga bagian samping kaki sehingga membantu proses pembentukan.
Seringkali ada pendapat, saat anak mulai berjalan sebaiknya tidak usah memakai sepatu alias bertelanjang kaki atau nyeker. Ini salah. Kita kembalikan guna sepatu, yaitu untuk melindungi kaki dan membantu proses pembentukan. Mungkin pada awalnya anak kita jadi lebih susah berjalan atau lebih lambat karena perlu penyesuaian, tapi cara ini baik untuk pembentukan kaki..
Dr Meidy H Triangto merupakan pribadi unik dan sederhana. Saat praktek enggan menggunakan jas putih khas dokter, dengan alasan supaya anak-anak merasa lebih nyaman.
Sebelum lulus kedokteran, sempat ikut kuliah teknik sipil karena senang dengan cara kerja ukur-mengukur. Tapi akhirnya pada 1986 lulus sebagai dokter umum dari Universitas Indonesia. Dr Meidy menjalani praktek kerja di Ambon dan di RS Carolus Jakarta. Dia mendapat beasiswa ke Filipina, tapi tidak diselesaikan karena hamil. Dr Meidy memutuskan kembali ke Universitas Indonesia mengambil Spesialis Rehabilitasi Medik atau sekarang disebut Spesialis Kedokteran Fisik dan Rehabilitasi Medik.Di sinilah dia melakukan penelitian tentang kelainan pada kaki dan menyodorkan rumusan teori penghitungan rotasi lutut, pengukuran jarak kaki, dsb. Hobi ukur-mengukur yang dulu sempat menjadi pertimbangan mengambil jurusan teknik sipil pun terpenuhi.Pada tahun 2000, Dr Meidy mulai melakukan praktek dan memilih konsisten di jalur rehabilitasi kaki sesuai dengan penelitian yang dia lakukan, meski gelar SpRM pada dasarnya melingkupi semua jenis rehabilitasi.Awalnya sempat praktek di beberapa rumah sakit, tapi akhirnya memilih konsentrasi di Kids Foot Rehabilitation Center, RS Mitra Keluarga, Kelapa Gading, Jakarta Utara. Alasannya sederhana saja, dekat dengan rumah, sehingga waktu yang terbuang diperjalanan bisa digunakan lebih maksimal untuk pasien.
0 comments:
Post a Comment