Powered by Blogger.
Home » , » Mengatasi Kebiasaan Buruk Anak

Mengatasi Kebiasaan Buruk Anak

Written By Unknown on Saturday, December 15, 2012 | 10:34 AM



Ada banyak alasan mengapa si kecil suka mengisap jari, menggigit kuku, mengupil, menggemeretakkan gigi, dan melakukan kebiasaan buruk lainnya. Kapan orang tua harus mulai khawatir?



Foto: pick one's nose

KEBIASAAN buruk  seperti menggigit kuku, bolpen/pensil, mengisap jari, menarik rambut, dan mengupil bisa terjadi pada semua anak. Proses tumbuh kembang biasanya membuat anak gelisah. Mereka belajar menghadapi perubahan dalam lingkungan rumah, sekolah, pertemanan, dan situasi-situasi lain di luar kebiaaan, seperti perceraian, pertengkaran, pindah rumah, dsb.


Dalam teori perkembangan psikoseksual dari Sigmund Freud,  disebutkan sejak kelahiran sampai usia 1 tahun, anak memperoleh rasa nyaman dari stimulasi pada bagian oral/mulut. Lihat saja,  anak yang menangis akan diam ketika disusui atau diberi empeng. Ada juga anak yang baru bisa tidur setelah mengemut jari.Di usia ini, anak  suka sekali memasukkan segala sesuatu ke dalam mulut. Selain memberi rasa nyaman, cara ini juga dipakai untuk mengenali segala benda di sekelilingnya.

Kebiasaan ini akan hilang dengan sendirinya saat anak menginjak usia 2-3 tahun. Namun, pada sebagian anak,  terbawa hingga mereka besar. Atau sempat hilang, kemudian muncul lagi karena dipicu beberapa situasi yang membuat anak merasa tidak nyaman, bosan, stres, lelah, ngantuk atau bahkan sekadar ingin tahu.

Pada masanya – dengan bantuan orang tua -- biasanya, kebiasaan itu juga akan hilang dengan sedirinya. Namun, ada juga yang terbawa hingga dewasa. Sebuah penelitian menyebutkan, sepertiga anak usia sekolah dasar, melakukan salah satu aktivitas menggigit kuku, mengisap jari, memilin rambut, dsb. Jumlahnya berkurang saat memasuki usia remaja menjadi setengahnya. Dan dari jumlah itu, hanya sebagian kecil yang terbawa hingga dewasa.

Penelitian di Amerika Serikat juga meyebutkan lebih dari 40% anak-anak usia lima sampai 18 tahun melakukan kebiasaan buruk tersebut. Ada yang dipicu ketidaknyamanan, ada juga yang melakukan karena pengaruh lingkungan dalam arti melihat contoh dari orang dewasa, khususnya kebiasaan mengupil di tempat umum.

Psikolog Anak, Vera Itabiliana, mengatakan biasanya kebiasaan itu berlanjut hingga dewasa lantaran orang tua terkesan membiarkan anak dengan kesenangannya itu.

Kapan Harus Khawatir?
Berbahayakah kebiasaan buruk itu? Jawabannya bisa iya, bisa juga tidak. Tidak berbahaya jika masih dilakukan dalam batasan normal. Meski demikian, bukan berarti dibiarkan saja. Tetap butuh pengarahan dari orang tua. Temukan penyebabnya, dan kemudian cari solusinya.

Menjadi berbahaya jika, dilakukan anak secara berlebihan. Misalnya, mngisap jari terus-menerus, tanpa peduli kondisi tangan kotor atau bersih. Menggigiti kuku meski sudah pendek, hingga berdarah. Secara fisik, bisa menyebabkan infeksi. Secara psikologis, anak butuh pertolongan karena tidak mampu mengendalikan kebiasaannya.

Jangan Marah!
Satu hal yang perlu diingat orang tua ialah jangan terus marah saat mendapati anak melakukan kebiasaan buruk. Sadari bahwa anak melakukan hal tersebut karena dorongan bawah sadar. Saat ada gangguan, biasanya secara otomatis mereka mula menggigit kuku, bolpen, mengisap tangan, menarik rambut, menggemeretakkan gigi, dll.Karena itu, percuma saja Anda marah.

Cari Tahu Penyebabnya
Dari pada marah, cari tahu penyebabnya.Vera Itabiliana menyarankan orang tua untuk mencermati kapan saja kebiasaan tersebut muncul. Jika pada saat anak cemas, maka anak perlu dibantu untuk mengatasi kecemasannya. “Pahami apa sumber stres atau kecemasan pada anak, dan atasi sumber kecemasan tersebut. Bantu anak supaya dapat memahami dan tidak lagi melihat sumber kecemasan sebagai ancaman.”
Langkah tambahan menurut Vera bisa dilakukan dengan cara mengalihkan perhatian anak. Misalnya diajak bermain, menonton, mengobrol, dll. “Tapi pengalihan ini sifatnya hanya sementara. Orang tua harus tahu apa penyebabnya, sehingga bisa disusun langkah untuk mengatasi,” katanya.

Beri Pengertian
Beri pengertian bahwa apa yang dilakukan bisa membahayakan. Tangan yang kotor masuk ke mulut bisa menjadi sumber penyakit. Menggigiti kuku bisa menjadi medium masuknya kuman, bahkan bisa membuat orang keracunan timah. Jelaskan pula secara ilmiah, misalnya, ada penelitian yang menyebutkan, keracunan timah bisa mengganggu tumbuh kembang, bahkan intelegensi anak.
Gunakan bahasa yang mudah dimengerti. Anak-anak biasanya akan mencerna, dan berdasarkan perjanjian dan diskusi dengan orang tua, secara perlahan bisa meninggalkan kebiasaan buruk tersebut. Di sini yang terpenting, orang tua jangan pernah bosan memberitahu.

 Solusi Alternatif
Untuk membantu mengatasi kebiasaan buruk seperti menggigit kuku dan mengisap jari, ada  produk-produk tertentu yang bisa digunakan. Namun, biasanya dokter tidak menyarankan karena mengkhawatirkan kandungan dari produk tersebut.
Misalnya, produk kutek atau produk oles lain dengan rasa pahit yang sengaja dibuat supaya anak kapok alias tidak mau lagi melakukan kebiasaan buruknya.
Atau bisa juga menggunakan bahan natural untuk olesan, seperti dedaunan yang biasa digunakan untuk membuat jamu dengan rasa pahit.
Soal solusi alternatif ini, semuanya kembali diserahkan pada orang tua. Sebelum memutuskan, sebaiknya Anda menyelidiki terlebih dahulu kandungan bahan dalam produk tersebut atau konsultasikan dengan dokter.
                     

Bantuan Profesional
Bila langkah-langkah tersebut sudah dilakukan, tapi kebiasaan anak tidak hilang bahkan semakin parah, saatnya Anda mencari bantuan professional. Menggigit kuku sampai berdarah, tidak mau mengeluarkan jari dari mulut, mengisap jari sampai bengkak atau mengecil, menarik rambut hingga rontok, jelas tidak hanya berbahaya secara fisik, tetapi menunjukkan adanya beban psikologis yang harus segera diatasi. Saat itulah Anda perlu memikirkan bantuan  profesional seperti psikolog.


TIPS
Lakukan
1. Penanganan untuk  batita,tiap gigit kuku, raih tangannya,  usap-usap, making eye-contact. Ajak ngobrol yang menenangkn.
2. Setelah itu iringi kegiatan bermain.
3. Jika harus menggunakan alat bantu. Pakailah barang-barang yang  aman dari sisi kesehatan dan kenyamanan.

Jangan Dilakukan
1. Jangan biarkan kebiasaan ini terlanjur menjadi kesenangan pada diri anak untuk menutupi rasa cemasnya.
2. Hindari perlakuan terlalu keras untuk menyikapi kebiasaan ini meski tujuannya adalah supaya anak tidak melakukannya lagi.
3. Perlakuan yang terlalu keras justru akan membuat anak semakin cemas dan meningkatkan intensitas kebiasaan ini.


Share this article :

0 comments:

Post a Comment

 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Copyright © 2011. Belajar di Mall - All Rights Reserved
Template Modify by Creating Website
Proudly powered by Blogger