Powered by Blogger.
Home » » Sogi Indra Dhuaja - Seperti Bekerja di Sebuah Kantor

Sogi Indra Dhuaja - Seperti Bekerja di Sebuah Kantor

Written By Unknown on Saturday, November 10, 2012 | 6:27 AM

Setelah dikarunia 2 bocah nan lucu, komedian  Sogi Indra Dhuaja semakin menikmati perannya sebagai ayah. Padahal dulu dia sempat tidak suka dengan dunia anak.

NAMA Sogi Indra Dhuaja dikenal lewat program televisi Extravaganza. Ketika masih lajang, dia mengaku kurang tertarik dengan dunia anak-anak. Namun, pernikahan dan kelahiran dua buah hatinya mengubah segalanya. Rasa kebapakannya tergugah ketika lahir Sam Ahsan Ogitomo yang kini berusia 3,5 tahun dan Mindy Fathina Isawa 2,8 tahun.
"Pernikahan dan kelahiran buah hati, otomatis mengubah kepribadian saya. Setelah  memiliki anak, saya semakin mengerti di mana sisi menarik dan menggemaskan dari anak kecil. Kalau sisi yang bikin ‘pusingnya’ sih sudah tahu dari dulu. Makanya dulu enggak suka anak kecil,” katanya sembari tertawa.

Memunyai anak menurut Sogi seperti mendapat pekerjaan baru. Ibarat rumah itu kantor, Sogi bekerja rangkap mulai dari office boy sampai menjadi direktur. “Lelah, tapi kebahagiaan yang didapat tidak bisa dibeli. Bayangkan, ini baru kebahagiaan yang diperoleh seorang ayah dari anak-anak yang usianya belum sampai 5 tahun. Bagaimana kalau sudah menjadi ayah puluhan tahun? Kebahagiaan yang dirasakan pasti kian menumpuk,” ujarnya.

Pola Didik
Bersama sang istri Istiqomah Mattjik, mantan penyiar radio ini berusaha mendidik putra-putrinya dengan konsep yang telah disepakati bersama. Intinya memadukan pola didik yang pernah diperoleh semasa kecil, namun tetap  disesuaikan dengan kondisi zaman.

Ada kalanya, mereka  bertindak layaknya seorang ayah dan ibu, memberi kasih sayang, perhatian, memfasilitasi, mengawasi dll. Namun dilain waktu, Sogi dan istrinya mencoba menjadi teman bagi anak-anaknya. Itu berarti ikut bermain bersama, belajar, dan bercanda. Terkadang mereka juga bertindak layaknya seorang guru, mengajar, mengarahkan, menilai dan mengevaluasi.

"Standar saja kan ya? Sepertinya dari dulu semua orangtua begitu. Pola didik yang kami terapkan juga  mengadopsi dari yang sudah kami dapat dari orangtua, tapi tetap kami  pilih yang baik dan cocok. Kadang perbedaan zaman  membuat pola didik juga harus ikut berubah," paparnya.

Sogi dan istri sebisa mungkin berusaha menjadi orangtua yang demokratis, dengan tidak banyak menuntut. Mereka berharap anak-anaknya tumbuh menjadi pribadi berkarakter kuat. “Harapan kami tidak muluk-muluk. Jadi enggak banyak menuntut, asalkan kami bahagia bersama. Saya dan istri pilih yang normal- normal saja lah. Berharap mereka menjadi anak yang baik, soleh, rukun, bahagia, berguna untuk sesama, wajar saja kan," kata Sogi dengan wajah serius.

Sogi membebaskan anak-anaknya yang masih balita untuk mengeksplorasi apa yang mereka mau, termasuk nantinya mereka bercita-cita menjadi apa. Prinsipnya, Sogi dan istri berusaha memberikan yang terbaik sejak mereka lahir. Itu sebabnya, mereka begitu berusaha memberikan ASI eksklusif. Ketika Sam anak pertama mereka lahir, volume produksi ASI istrinya kurang memadai, sehingga pasangan ini pun memutuskan mengambil tambahan dari donor ASI.

Sogi sendiri menyadari, kesibukan dan ketegangan bisa memengaruhi produksi ASI. Itu sebabnya, Sogi berusaha membuat istrinya nyaman dengan cara meringankan beban kerja. Bagi komedian ini, ikut begadang, membuat susu, mengganti popok ketika buah hatinya masih bayi, hingga memandikan anak, bukan pekerjaan aneh.

Keterlibatannya  dalam merawat anak, menurut Sogi membawa berkah tersendiri. Anak-anak menjadi lebih dekat dengan orangtua. Sekarang, dia dan sang istri tanpa sadar selalu tersenyum jika melihat dan mengingat proses tumbuh kembang kedua buah hatinya.

"Saya senang sekali memperhatikan tahap tumbuh kembang anak-anak. Kosa kata yang dikuasai Sam, sekarang semakin banyak. Seru, sudah bisa ngobrol, sudah bisa minta dibelikan mainan, tapi belum mengerti konsep mati listrik. Mesti jaringan padam, Sam masih terus minta lampunya dinyalakan. Sedangkan Mindy sekarang sudah bisa berlari. Jadi sekarang cepat sekali dia menghilang. Kami sering main petak umpet. Dan kalau minta sesuatu selalu ditambahkan kata please di akhir kalimat. Pokoknya sangat mengasyikkan ketika kumpul dengan mereka," kata pria kelahiran, Bandung, 7 September 1978, sembari tertawa geli mengingat berbagai kelucuan anak-anaknya.
Share this article :

0 comments:

Post a Comment

 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Copyright © 2011. Belajar di Mall - All Rights Reserved
Template Modify by Creating Website
Proudly powered by Blogger