Oase di Tengah Kemacetan Jakarta

Jika jenuh dengan suasana modern, Warung Solo di Kawasan Cilandak Timur, Jakarta Selatan layak dicoba.

Dok: Sang Nuah Hati

MENIKMATI makanan tradisional khas Solo seperti nasi liwet, gudeg, pecel hingga serabi, sungguh nikmat. Apalagi disantap di tengah udara terbuka dengan halaman luas, dimana anak-anak bisa lebih leluasa bermain. Suasana seperti itu ada di Warung Solo, Cilandak Timur, Jakarta Selatan.

Pemiliknya Dani Sarwono memanfaatkan tanah seluas 4.000 meter persegi untuk membangun Warung Solo dan menggunakan gedung bekas Sekolah Dasar untuk berbagai acara resepsi.

Begitu masuk ke halaman parkir, Anda akan disuguhi warung dengan nuansa zaman dulu, terbuat dari papan dan kayu dengan cat yang sudah mengelupas di sana-sini. Tapi justru itulah yang menarik. Nuansa tradisional langsung terasa. Bagi pelanggan yang berasal dari Solo dan sekitarnya, tempat ini bisa menjadi pembangkit nostalgia.

Di pintu masuk warung, Dani memperkenalkan batik lewat demo membatik. Juga musik hidup jenis keroncong yang dimainkan dengan gaya pengamen jalanan. Tidak ada paksaan, tapi jika Anda mau bisa memberi ‘honor’pada grup keroncong ini, di tempat yang sudah disediakan.

Dekorasi unik

Di dalam warung, tersedia dua macam tempat duduk. Jika Anda menginginkan meja sendiri, maka silakan pilih yang ada di dalam warung atau di halaman. Mejanya pun unik, terbuat dari mesin jahit bekas yang atasnya sudah ditutup dengan marmer. Namun, bagian bawah kaki tetap seperti mesin jahit yang bisa digoyang. “Banyak yang tertarik dengan meja-meja ini. Beberapa teman minta bisa dibeli,” tutur Dani.

Di dalam warung, tersedia pula pilihan kursi panjang yang menghadap langsung ke meja berisi aneka makanan. Selain makanan utama, tersedia gorengan dan camilan yang bisa dinikmati dengan segelas teh, kopi, atau pilihan jenis minuman lain yang cukup bervariasi. Sisi lain warung, memperlihatkan peralatan memasak untuk serabi dan gerobak nasi kucing yang buka setiap sore hari.

Tidak jauh dari warung berdiri bangunan bekas sekolah dasar yang sudah dirombak sedemikian rupa, hingga bagian bawah berubah menjadi aula besar tempat diselenggarakannya berbagai resepsi pernikahan, sunatan, acara-acara perusahaan, dll.  Aula tersebut bisa menampung sekitar 500 hingga 600 undangan. Di bagian samping gedung ada satu lagi bangunan lebih kecil dan beberapa ruang privat. “Yang ini biasanya dimanfaatkan untuk keluarga yang punya hajat. Ruangan kecilnya untuk ganti baju atau keperluan lain,” papar Dani.

Menu Tradisonal

 Menu tradisional khas Solo dan sekitarnya menjadi andalan Warung Solo. Pilihan menu-menu tersebut tidak bisa dilepaskan dari sejarah berdirinya Warung Solo. Dani berkisah, awalnya dia dan teman-teman sering kesulitan mencari tempat untuk reuni. Akhirnya, mereka sepakat untuk membangun restoran dengan konsep tradisional. Selain Warung Solo di Jakarta, sebelumnya sudah dibuka Restoran Solo di Bogor.

Kedua restoran atau warung ini menyajikan masakan tradisional. Yang menjadi andalan antara lain, nasi liwet, gudeg, pecel, ketupat tahu magelangan, mie jawa, garang asem, botok, mangut, nasi gereh sambel bawang, dsb. Menu pendukung lainnya antara lain nasi rawon, sop iga, soto, cah kangkung, tauge, sampai sapo tahu.

Tersedia pula aneka camilan, seperti serabi aneka rasa, pisang gireng, kremes, tape goring lumpia, mendoan, otak-otak, kentang goring, dll. Minuman khasnya tersedia es beras kencur, blewah, degan gula jawa, cendol, stroop, gula asem, kunir asem, susu jahe, wedang jahe, dsb. Ada juga jenis minuman lebih modern, mulai dari capucino hingga aneka jus.

Menu makanan dan minuman yang tersedia cukup bervariasi. Menjadi kian menarik saat dipadu dengan konsep warung yang seakan menyajikan oase di tengah kota. Silakan mencoba!