Sikap ibu dan pola asuhnya yang salah tak hanya berpengaruh pada anak di usia balita, melainkan hingga dewasa kelak.
SEJAK balita Adi terlihat sangat agresif. Kini, setelah usianya menginjak enam tahun, perilaku itu tidak berubah. Tangannya gampang sekali melayang, memukul anak lain yang tidak mau menuruti keinginannya. Kadang, jika ia sedang kesal di rumahnya, barang-barang menjadi sasarannya. Ada yang dilemparkan ke sana kemari, ada pula yang ditendang-tendang hingga rusak.
Iman, sang ayah, semula menganggap hal itu biasa saja dan akan hilang jika sudah besar. Namun lama kelamaan, Iman malah semakin khawatir karena perilaku itu tidak hilang.Kekhawatiran Iman memang beralasan. Sebab, bisa jadi perilaku seperti itu berlangsung terus hingga ia dewasa kelak.
Sebuah penelitian di Amerika Serikat membuktikan kekhawatiran itu. Menurut penelitian tersebut, perilaku agresif yang tidak hilang sejak balita bisa jadi ditimbulkan oleh pola asuh yang salah dari ibunya.Para peneliti dari Universitas of Minnesota, Amerika Serikat, menyebutkan pada umumnya pembawaan bayi adalah tenang. Tetapi pada satu masa di awal usia balita, anak bisa punya kebiasaan suka memukul.
Sifat agresif itu mencapai puncaknya saat balita berusia 2,5 tahun, kemudian mereda. Teorinya, setelah berusia 4 tahun hingga 6 tahun, perilaku itu seharusnya hilang. Sebab, anak di usia itu lebih bisa mengendalikan diri dibandingkan anak berusia 2 tahun. Perilaku anak usia 6 tahun juga seharusnya lebih baik dibandingkan anak berusia 4 tahun.
Pada kenyataannya, ada anak-anak yang berperilaku sulit diatur. Menurut Michael Lorber, peneliti yang melakukan riset ini, ada sebagian anak yang tetap berperilaku agresif sampai ia berusia 6 tahun."Anak yang masih bersikap agresif di usia TK atau kelas 1 sekolah dasar berpotensi besar membawa sikap itu sampai besar," kata Lorber.
Perilaku tersebut perlu diwaspadai sebab, anak dengan perilaku itu cenderung bermasalah di sekolahnya, beresiko tinggi depresi, bahkan suka melakukan kekerasan pada pasangannya kelak.
Pengaruh Ibu
Penelitian itu juga menemukan bahwa terdapat korelasi antara perilaku ibu dan pola asuhnya terhadap perilaku anak. Dari penelitian terhadap 267 ibu dan anak, diketahui bahwa bayi berusia 3 bulan sudah bisa meniru ibunya. Artinya, jika si ibu tidak sabaran dan suka mengomel, maka perilaku itu akan ditirunya oleh sang anak.Namun demikian, perilaku dan pola asuh ibu tidak sepenuhnya mempengaruhi perilaku anak. Menurut Lorber ada juga pengaruh faktor genetik dan lingkungan.
Penelitian lain di Kanada juga menunjukkan bahwa faktor genetika biasanya tidak bersifat independen (sendiri), melainkan juga karena pengaruh lingkungan. Sikap agresif anak juga bisa timbul dari pengaruh lingkungan atau suasana yang ia lihat dan alami. Misalnya, dari televisi atau video games. Itulah mengapa anak-anak perlu dibatasi melihat tayangan-tayangan di televisi.Karena itu, penelitian yang dipublikasikan oleh The Times tersebut, menyarankan agar orang tua memberi contoh yang baik kepada anak-anak mereka. Contoh itu harus diperlihatkan sedini mungkin, ketika si anak masih berusia balita.**
SEJAK balita Adi terlihat sangat agresif. Kini, setelah usianya menginjak enam tahun, perilaku itu tidak berubah. Tangannya gampang sekali melayang, memukul anak lain yang tidak mau menuruti keinginannya. Kadang, jika ia sedang kesal di rumahnya, barang-barang menjadi sasarannya. Ada yang dilemparkan ke sana kemari, ada pula yang ditendang-tendang hingga rusak.
Iman, sang ayah, semula menganggap hal itu biasa saja dan akan hilang jika sudah besar. Namun lama kelamaan, Iman malah semakin khawatir karena perilaku itu tidak hilang.Kekhawatiran Iman memang beralasan. Sebab, bisa jadi perilaku seperti itu berlangsung terus hingga ia dewasa kelak.
Sebuah penelitian di Amerika Serikat membuktikan kekhawatiran itu. Menurut penelitian tersebut, perilaku agresif yang tidak hilang sejak balita bisa jadi ditimbulkan oleh pola asuh yang salah dari ibunya.Para peneliti dari Universitas of Minnesota, Amerika Serikat, menyebutkan pada umumnya pembawaan bayi adalah tenang. Tetapi pada satu masa di awal usia balita, anak bisa punya kebiasaan suka memukul.
Sifat agresif itu mencapai puncaknya saat balita berusia 2,5 tahun, kemudian mereda. Teorinya, setelah berusia 4 tahun hingga 6 tahun, perilaku itu seharusnya hilang. Sebab, anak di usia itu lebih bisa mengendalikan diri dibandingkan anak berusia 2 tahun. Perilaku anak usia 6 tahun juga seharusnya lebih baik dibandingkan anak berusia 4 tahun.
Pada kenyataannya, ada anak-anak yang berperilaku sulit diatur. Menurut Michael Lorber, peneliti yang melakukan riset ini, ada sebagian anak yang tetap berperilaku agresif sampai ia berusia 6 tahun."Anak yang masih bersikap agresif di usia TK atau kelas 1 sekolah dasar berpotensi besar membawa sikap itu sampai besar," kata Lorber.
Perilaku tersebut perlu diwaspadai sebab, anak dengan perilaku itu cenderung bermasalah di sekolahnya, beresiko tinggi depresi, bahkan suka melakukan kekerasan pada pasangannya kelak.
Pengaruh Ibu
Penelitian itu juga menemukan bahwa terdapat korelasi antara perilaku ibu dan pola asuhnya terhadap perilaku anak. Dari penelitian terhadap 267 ibu dan anak, diketahui bahwa bayi berusia 3 bulan sudah bisa meniru ibunya. Artinya, jika si ibu tidak sabaran dan suka mengomel, maka perilaku itu akan ditirunya oleh sang anak.Namun demikian, perilaku dan pola asuh ibu tidak sepenuhnya mempengaruhi perilaku anak. Menurut Lorber ada juga pengaruh faktor genetik dan lingkungan.
Penelitian lain di Kanada juga menunjukkan bahwa faktor genetika biasanya tidak bersifat independen (sendiri), melainkan juga karena pengaruh lingkungan. Sikap agresif anak juga bisa timbul dari pengaruh lingkungan atau suasana yang ia lihat dan alami. Misalnya, dari televisi atau video games. Itulah mengapa anak-anak perlu dibatasi melihat tayangan-tayangan di televisi.Karena itu, penelitian yang dipublikasikan oleh The Times tersebut, menyarankan agar orang tua memberi contoh yang baik kepada anak-anak mereka. Contoh itu harus diperlihatkan sedini mungkin, ketika si anak masih berusia balita.**
0 comments:
Post a Comment