Aksi buah hati di dapur terkadang membuat kita cemas. Namun, dengan pengawasan dan pengarahan yang tepat, kegiatan ini justru membuat mereka mandiri, kreatif, dan lebih cepat belajar dari kesalahan.
TAYANGAN Master Chef Cilik di televisi memang mengagumkan. Kehebatan mereka menghangatkan kembali demam memasak di kalangan anak-anak.
Beberapa waktu lalu, Risda memutuskan mengikut sertakan Kayla, 10 tahun di kegiatan memasak di Jakarta. Kebetulan Kayla memang senang dengan aktivitas dapur. “Dia sudah bisa membuat sup. Bisa memotong wortel, kol, dan kentang sendiri. Kalau mengikuti perasaan hati sih takut, terutama ketika anak kita memegang pisau. Tapi saya berusaha mengalahkan perasaan itu dengan melakukan pengawasan sendiri. Saya juga menekankan pada Kayla, tidak boleh memasak sendiri jika tidak ada yang mengawasi,” papar Risda.
Hobi Buat Kue
Hobi dan bakat memasak juga ditunjukkan oleh Atika yang sekarang duduk di kelas 6 SD. Menurut Yanti, sang Bunda, Atika sudah suka membuat kue sejak kelas 4 SD. Awalnya, minat Atika terbangkitkan saat diajak ke toko yang khusus berjualan aneka kue dari bahan Coklat.
“Ketika itu Atika kelas 2 SD. Begitu masuk ke dalam toko yang menyajikan makanan serba coklat, matanya langsung berninar-binar. Setelah itu dia bilang, jika besar nanti mau jadi chef, membuat aneka kue. Dan sampai sekarang Atika memang suka membuat kue. Dia tidak suka memasak lauk-pauk,” ujar Yanti, berkisah tentang awal mula anak keduanya suka memasak.
Sebagai seorang ibu, Yanti mengaku masih suka cemas membiarkan anaknya berkutat di dapur. Karena itu, jika sedang memasak, Atika selalu diawasi oleh pembantu yang sudah mengasuh sejak kecil. “Saya tidak bisa selalu mengawasi karena bekerja. Untuk kegiatan menyalakan kompor dan memasang oven sampai sekarang saya belum memperkenankan. Tapi untuk urusan timbang-menimbang bahan kue dan menggunakan mixer, Atika sudah cukup mahir. Selain kue, dia juga suka membuat pudding,” terang Yanti.
Hobi yang ditekuni Atika, menurut Yanti, berpengaruh pada perkembangan kemandirian, ketekunan, dan ketelitian. Selain itu, Atika juga tidak mudah putus asa. Jika kuenya gagal, dia akan menganalisa dan mencari dimana letak kesalahan yang sudah dia buat. “Menurut saya, ini hobi positif, meski harus dilakukan pengawasan sesuai dengan usia anak-anak,” ujar Yanti.
Tempat Kursus
Seiring dengan makin digemarinya kegiatan masak-memasak, belakangan kian menjamur kelas-kelas memasak yang ditujukan untuk anak. Di antaranya yang sudah lebih dahulu menangkap peluang ini adalah Dapur Anak.Awaludin, marketing manajer Dapur Anak berkisah, Dapur anak yang terletak di bilangan Jakarta Selatan didirikan oleh Chef Fuji pada 2008. Saat itu, tujuan utamanya, ialah memperkenalkan kegiatan memasak pada anak-anak, dengan tujuan memupuk kebersamaan, kemandirian, dan mengasah kreativitas serta imajinasi anak.
Dapur Anak rutin menyelenggarakan kelas regular setiap akhir pekan dan kelas harian (sesudah sekolah) berdasarkan kategori usia. “Selain itu, kami juga punya program kelas untuk ulang tahun dan cooking home. Resep yang dipilih disesuaikan dengan usia. Dengan demikian ketrampilan yang diajarkan pun sesuai kategori,” jelas Awaludin.
Manfaat Hobi Memasak pada Anak
Hal-Hal yang Perlu Diperhatikan
TAYANGAN Master Chef Cilik di televisi memang mengagumkan. Kehebatan mereka menghangatkan kembali demam memasak di kalangan anak-anak.
Beberapa waktu lalu, Risda memutuskan mengikut sertakan Kayla, 10 tahun di kegiatan memasak di Jakarta. Kebetulan Kayla memang senang dengan aktivitas dapur. “Dia sudah bisa membuat sup. Bisa memotong wortel, kol, dan kentang sendiri. Kalau mengikuti perasaan hati sih takut, terutama ketika anak kita memegang pisau. Tapi saya berusaha mengalahkan perasaan itu dengan melakukan pengawasan sendiri. Saya juga menekankan pada Kayla, tidak boleh memasak sendiri jika tidak ada yang mengawasi,” papar Risda.
Hobi Buat Kue
Hobi dan bakat memasak juga ditunjukkan oleh Atika yang sekarang duduk di kelas 6 SD. Menurut Yanti, sang Bunda, Atika sudah suka membuat kue sejak kelas 4 SD. Awalnya, minat Atika terbangkitkan saat diajak ke toko yang khusus berjualan aneka kue dari bahan Coklat.
“Ketika itu Atika kelas 2 SD. Begitu masuk ke dalam toko yang menyajikan makanan serba coklat, matanya langsung berninar-binar. Setelah itu dia bilang, jika besar nanti mau jadi chef, membuat aneka kue. Dan sampai sekarang Atika memang suka membuat kue. Dia tidak suka memasak lauk-pauk,” ujar Yanti, berkisah tentang awal mula anak keduanya suka memasak.
Sebagai seorang ibu, Yanti mengaku masih suka cemas membiarkan anaknya berkutat di dapur. Karena itu, jika sedang memasak, Atika selalu diawasi oleh pembantu yang sudah mengasuh sejak kecil. “Saya tidak bisa selalu mengawasi karena bekerja. Untuk kegiatan menyalakan kompor dan memasang oven sampai sekarang saya belum memperkenankan. Tapi untuk urusan timbang-menimbang bahan kue dan menggunakan mixer, Atika sudah cukup mahir. Selain kue, dia juga suka membuat pudding,” terang Yanti.
Hobi yang ditekuni Atika, menurut Yanti, berpengaruh pada perkembangan kemandirian, ketekunan, dan ketelitian. Selain itu, Atika juga tidak mudah putus asa. Jika kuenya gagal, dia akan menganalisa dan mencari dimana letak kesalahan yang sudah dia buat. “Menurut saya, ini hobi positif, meski harus dilakukan pengawasan sesuai dengan usia anak-anak,” ujar Yanti.
Tempat Kursus
Seiring dengan makin digemarinya kegiatan masak-memasak, belakangan kian menjamur kelas-kelas memasak yang ditujukan untuk anak. Di antaranya yang sudah lebih dahulu menangkap peluang ini adalah Dapur Anak.Awaludin, marketing manajer Dapur Anak berkisah, Dapur anak yang terletak di bilangan Jakarta Selatan didirikan oleh Chef Fuji pada 2008. Saat itu, tujuan utamanya, ialah memperkenalkan kegiatan memasak pada anak-anak, dengan tujuan memupuk kebersamaan, kemandirian, dan mengasah kreativitas serta imajinasi anak.
Dapur Anak rutin menyelenggarakan kelas regular setiap akhir pekan dan kelas harian (sesudah sekolah) berdasarkan kategori usia. “Selain itu, kami juga punya program kelas untuk ulang tahun dan cooking home. Resep yang dipilih disesuaikan dengan usia. Dengan demikian ketrampilan yang diajarkan pun sesuai kategori,” jelas Awaludin.
Manfaat Hobi Memasak pada Anak
- Melatih kemandirian.
- Melatih motorik.
- Melatih kerjasama tim.
- Belajar menghitung lewat penimbangan bahan-bahan yang diperlukan.
- Belajar mengatasi kekecewaan bila mengalami kegagalan.
- Belajar menganalisa kesalahan dan kemudian mencari jalan keluar untuk memperbaiki agar hasil menjadi lebih baik.
- Belajar bertanggung jawab.
- Mengasah kreativitas.
- Melatih disiplin dan kerapian dengan cara mengajak mereka mengembalikan peralatan yang sudah digunakan.
- Membangun rasa percaya diri.
- Memasak bersama keluarga akan menumbuhkan rasa kebersamaan.
- Lewat kegiatan ini, anak bisa lebih mengenal berbagai sayuran, bumbu dapur, bahan-bahan kue, dll.
Hal-Hal yang Perlu Diperhatikan
- Pilihlah resep yang sederhana sesuai usia anak.
- Dampingi mereka saat menggunakan benda-benda tajam.
- Dampingi saat menggunakan alat bantu yang membutuhkan aliran listrik.
- Sebelumnya beri contoh cara menggunakan peralatan atau pun penjelasan lain yang diperlukan, misalnya bahaya api, panasnya oven, penggorengan, dll.
- Jika anak melakukan kesalahan, jangan langsung marah., Inilah kesempatan bagi mereka untuk belajar.
0 comments:
Post a Comment