Powered by Blogger.
Home » » Jana G Parengkuan | Mengubah Kerepotan Menjadi Keharmonisan

Jana G Parengkuan | Mengubah Kerepotan Menjadi Keharmonisan

Written By Unknown on Friday, December 14, 2012 | 10:46 AM

Foto: Dok Pribadi
Kerepotan dalam membesarkan sekaligus mendidik keempat buah hatinya justru semakin memperkuat ikatan rumah tangga pasangan selebritas Jana G Parengkuan dan Erwin Parengkuan.

DI awal pernikahan Jana dan Erwin Parengkuan sepakat akan menangani pengasuhan buah cinta mereka bersama-sama. Keduanya menyadari bahwa dalam sebuah rumah tangga dibutuhkan komitmen kuat agar  tujuan yang dicita-citakan bersama bisa tercapai. Pemahaman itulah yang melatari foto model senior Jane G Parengkuan ketika menerima pinangan presenter sealigus penyiar radio Erwin Parengkuan. Keduanya bersepakat untuk menjalankan fungsi rumah tangga secara bersama-sama.


“Ini penting karena urusan anak dari bayi sampai besar bukan hanya tugas ibu, tapi juga ayah. Semua pembagian tugas kita lakukan bersama. Apa yang saya bisa lakukan,  Erwin pun begitu, kecuali menyusui. Komitmennya sudah seperti itu, jadi kami menjalani dengan enak dan enjoy,” papar Jana.

Sampai sekarang, komitmen tersebut masih kuat dipegang. Di tengah kesibukan bekerja, mereka berbagi tugas dan menangani pengasuhan keempat putra-putri mereka. Barulah setelah keempatnya mulai beranjak besar, Jana dan Erwin memanfaatkan jasa pembantu rumah tangga. Tapi tentu tugasnya hanya bersifat membantu.

Pola Didik Timur dan Barat
Bagaimana dengan penerapan pola didik? Jana yang kebetulan terlahir dari pasangan orangtua, Jawa- Ceko dan pernah merasakan kehidupan di lingkungan Eropa Timur itu, tidak serta merta menerapkan pola didik seperti yang dia terima di masa kecil. Bersama Erwin, dia justru memilih mengambil hal-hal yang dirasa baik saja. Artinya, pasangan ini memadukan pola didik ala timur atau barat untuk tumbuh kembang keempat buah hati mereka.

Untuk  masalah sopan santun, kedekatan  dengan saudara dan keluarga misalnya, keduanya sepakat mengadopsi tata krama dan didikan dari timur. Sedangkan pola didik dari barat disepakati untuk mengajarkan kemandirian dan menerapkan keterbukaan antara anak dan orangtua, sehingga hubungan yang terjadi juga seperti teman.

Seperti lazimnya orangtua, Jana menginginkan putra-putrinya tumbuh sebagai pribadi terbaik untuk dirinya dan bermanfaat bagi orang lain. “Kami berusaha memberikan yang terbaik. Mengajarkan disiplin, mandiri, mau berbagi dengan orang lain, sayang saudara dan keluarga, dan menghargai sesama,” ujar Jana yang tahun ini berusia 36 tahun.

Dari sisi usia, Jana memang masih terbilang muda. Tapi siapa menyangka, saat ini dia dan Erwin tengah menikmati menjadi ibu dan ayah dari empat anak, dua di antaranya sudah mulai beranjak ABG. Jana memang memilih menikah di usia muda, ketika dia jatuh cinta  dan memutuskan menerima suntingan Erwin.

“Punya anak ABG sungguh menjadi pengalaman luar biasa buat kami. Setiap saat kami menghadapi sesuatu yang berbeda dan belajar hal baru. Kalau soal kekawatiran pasti selalu ada pada setiap orangtua, terutama jika anaknya mulai beranjak remaja alias ABG,” papar Jana yang kini menjalani bisnis toko kue.

Untuk membentengi dari pengaruh buruk, pasangan ini menekankan pentingnya nilai-nilai agama. Mereka juga berusaha menempatkan diri sebagai teman diskusi dan selalu menjalin kekompakan.

Jana kemudian bercerita tentang keempat anaknya. Giulio adalah putra pertama mereka yang kini berumur 14 tahun dan duduk di bangku kelas 3 SMP. Jana bertutur, Giulio anak yang pintar, sedikit pendiam dan melankolis, dan suka semua yang berhubungan dengan gadget. Tidak mengherankan jika ada masalah teknis dengan televisi, DVD, printer atau komputer, putra pertamanya menjadi tempat pertama untuk dimintai pertolongan.

Putra kedua pasangan ini bernama Marcio, 11 tahun, duduk di kelas 6 SD. Sifatnya sanguin, mudah bergaul dengan siapa saja, di sekolah dikenal sebagai dokter kecil, menyukai seni, dan pintar ngemong adiknya. Anak ketiga bernama Abielo,  7 tahun, duduk di bangku kelas 2 SD. Sifatnya juga mudah bergaul, suka melawak, kreatif, suka gambar, senang makan sayur dan buah-buahan.  

Kemudian si bungsu Matacha,  the only princess, berusia hampir 5 tahun. Karena semua kakaknya laki-laki, Matacha jadi sedikit tomboy. Sekarang sudah pintar memilih baju sendiri, paling suka difoto, menyanyi dan menari balet. Matacha tergolong mandiri, meski dimanja semua kakaknya. ***


Rayakan Natal dengan Perlengkapan Makan dari Ceko

SEBAGAI umat kristiani, Jana memaknai Natalsebagai hari kelahiran Yesus Kristus yang lekat dengan kesederhanaan, kasih, kerendahan hati, dan pengharapan.

Natal bagi Jana kerap kali mengingatkan pada tanah kelahirannya, Ceko. Di negara itu, pada tanggal 24 Desember pagi setiap keluarga melakukan ritual memasak menu makan malam khas Ceko, seperti salad kentang dan sayuran, ayam dan ikan balut tepung panir, tidak lupa sup ikan.

Setelah berkeluarga dan menetap di tanah air, Jana masih tetap membiasakan tradisi Natal seperti yang dia alami di masa kanak-kanak. Di pagi hari, anak-anak  sibuk membersihkan sepatu sambil memetik rumput untuk dimasukkan ke dalam sepatu. Kemudian sepatu itu disimpan di depan rumah

Sore harinya, semua bersiap melakukan dinnerdengan menu makanan khas Ceko dan menggunakan perlengkapan makan dari Ceko peninggalan nenek buyut Jana. “Tentu tidak lupa berdoa. Setelah itu biasanya Erwin ajak anak-anak ke lantai paling atas untuk menerima kado yang diletakkan di bawah pohon natal. Sampai sekarang anak-anak masih percaya bahwa kado mereka ari Santa Claus. Tepat 25 Desember pagi, kami ke gereja bersama, dilanjutkan keliling ke sanak keluarga.”
Share this article :

0 comments:

Post a Comment

 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Copyright © 2011. Belajar di Mall - All Rights Reserved
Template Modify by Creating Website
Proudly powered by Blogger