Kehadiran buah hati yang cerdas dengan perkembangan sempurna menjadi dambaan setiap orangtua. Langkah medis apa saja yang perlu dilakukan untuk mewujudkan harapan tersebut?
KEHAMILAN menjadi peristiwa yang banyak ditunggu pasangan suami isteri. Namun, tidak sedikit pula yang kemudian bermasalah dengan kesehatan ibu dan janin. Karena itu, diperlukan persiapan untuk memasuki masa sebelum dan saat kehamilan. Di antaranya lewat cek laboratorium.
Dr Mufti Yunus Spog menjelaskan, Pada dasarnya ada dua fase cek laboratorium yang mesti dilalui, yaitu saat mempersiapkan kehamilan dan ketika memasuki masa kehamilan. Tujuannya agar kesehatan dan keselamatan ibu serta janin lebih terjamin. Tes apa saja yang diperlukan?
Sebelum Kehamilan
Sebelum masa kehamilan, pasangan suami isteri sebaiknya menjalani tes hematologi (darah). Tes yang masuk dalam kategori wajib ini, antara lain meliputi pemeriksaan hemoglobin, golongan darah dan resus suami isteri.
Mengapa diperlukan? Dokter Mufti menjelaskan bahwa perbedaan resus pada pasangan sami isteri bisa menyebabkan keguguran. Perbedaan resus banyak ditemui pada orang Indonesia yang menikah dengan orang asing (Amerika dan Eropa). Jika resus ibu negatif, sedangkan calon ayah positif misalnya, sebagian besar janin akan mengikuti resus ayah, yaitu positif.
“Jika terjadi demikian, maka risiko keguguran akan meningkat karena terjadi penolakan di badan ibu. Kasus seperti ini, rata-rata terjadi pada kehamilan pertama, namun menjadi normal kembali pada kehamilan kedua,” paparnya.
TORCH
Selain tes hematologi, sebelum kehamilan idealnya juga dilakukan tes TORCH (toksoplasma, rubella, cytomegalovirus, dan herpes). Karena tes jenis ini cukup mahal, maka menurut Mufti, biasanya tidak semua dokter mengharuskan, tergantung situasi dan kondisi pasangan suami isteri. “Jika ada faktor risiko yang terungkap selama tanya jawab dengan pasien, barulah tes ini dilakukan. Andai positif, akan dilakukan langkah-langkah pengobatan untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan. Selain keguguran, toksoplasma juga menjadi penyebab penyakit hidrosefalus,” terang doker yang berpraktek di RS Omni Alam Sutra, Tangerang ini.
Pemeriksaan rubella (cacar jerman) juga diperlukan, terutama saat ibu memasuki masa kehamilan. Jika positif dan tidak tertangani, maka risiko yang bisa terjadi adalah keguguran atau bayi lahir cacat. Tanda-tanda calon ibu terserang rubella antara lain panas tinggi dan kulit kemerahan. Jika serangan rubella terjadi sebelum kehamilan, menurut dokter Mufti justru kondisinya menjadi lebih baik. Pasalnya, setelah terserang biasanya akan terbentuk antibodi yang jauh lebih kuat di tubuh ibu. “Pemeriksaan cytomegalovirus dan herpes juga diperlukan karena bisa menyebabkan risiko yang sama, yaitu keguguran dan bayi lahir cacat,” tambahnya.
Selain TORCH, dokter akan melakukan prosedur anamnesa, yaitu tanya jawab dengan pasien. Bila dalam proses itu diketahui ada hal-hal yang berisiko, misalnya dalam keluarga ada penderita talasemia, punya riwayat hepatitis, gula darah, dsb, maka disarankan untuk melakukan pemeriksaan laboratorium sesuai dengan kebutuhan pasien. “Idealnya semua tes dilakukan. Tapi karena cost-nya lumayan tinggi, maka bisa pilah berdasarkan faktor risiko.”
Saat Kehamilan
Di saat kehamilan, lanjut dokter Mufti, beberapa tes laboratorium juga perlu dilakukan.Dokter pada umumnya merekomendasikan dua kali tes, yaitu di awal kehamilan dan di trimester ketiga. Namun, idealnya tes laboratorium dilakukan dengan rentang waktu per tiga bulan.
1. Trimester pertama (usia janin 0-12 minggu)
Tes yang diperlukan adalah hematologi dan TORCH. Pemeriksaan TORCH saat hamil menurut dokter Mufti sangat penting, karena toksoplasma yang tidak berdampak saat calon ibu belum hamil, menjadi berbahaya di masa kehamilan. Risiko kesehatan ibu dan bayi menjadi lebih besar. Jika diketahui sejak dini, maka bisa dilakukan pengobatan untuk menyelamatkan kandungan.
Trimester kedua (12 minggu ke atas hingga 28 minggu)
Kecenderungan calon ibu saat hamil adalah kekurangan zat besi, kalsium, dll, Kondisi itu menjadi pendorong diperlukannya tes darah (hematologi), termasuk pengecekan gula darah. Tingginya gula darah saat kehamilan bisa menjadi penyebab kematian bayi dalam kandungan.
Selain itu, pada trimester kedua, perlu dilakukan tes urine, terutama untuk mengecek kandungan protein. Tes urine ini biasanya disarankan jika ibu hamil memiliki kecenderungan peningkatan tekanan darah, hingga keluar dari batas normal. Kondisi seperti ini bisa menyebabkan eklamsia yang membahayakan nyawa ibu dan janin.
Trimester ketiga (28 minggu ke atas)
Pada rentang waktu ini, idealnya juga dibutuhkan tes laboratorium hematologi, dan tes urine. Tujuannya untuk mempersiapkan kelahiran yang aman bagi keselamatan ibu dan janin.
Periksa Rutin
Selain melakukan berbagai tes, dokter Mufti menyarankan agar ibu hamil melakukan pemeriksaan kandungan ke dokter atau pun bidan, minimal empat kali di masa kehamilan. Pemeriksaan bisa dilakukan satu kali di trimester pertama, satu kali lagi di trimester kedua, dan dua kali pemeriksaan di trimester ketiga.
Jangan abaikan anjuran-anjuran ini. Mari tekan faktor risiko, persiapkan diri menyambut kehamilan dan kelahiran sang buah hati.
Foto:topnews.com
Foto:topnews.com
0 comments:
Post a Comment