Foto: theupbeatdad.com |
Setiap anak terlahir jenius, tetapi kita memupuskan kejeniusan mereka dalam enam bulan pertama. (Buckminster Fuller/Futuris/Insinyur/Penulis/Desainer-1895-1983)
SEJUMLAH penelitian ilmiah menunjukkan bahwa begitu sang buah hati lahir, Tuhan sudah membekali 1 triliun neurons atau sel saraf. Setelah itu, orangtualah yang berperan memberi stimulasi untuk merangsang perkembangan sel neurons yang terkait dengan kecerdasan anak.
Sayangnya, seiring perkembangan waktu, ketidak tahuan orangtua dan kondisi lingkungan kerap kali menjadi penghambat perkembangan kejeniusan anak. Hal ini sering diungkapkan psikolog Inggris Tony Buzan dan Thomas Amstrong Phd dari American Institute for Learning and Human Development.
Keduanya sepakat, di awal pertumbuhan, orangtua berperan penting dalam membantu melestarikan kejeniusan yang dikaruniakan Tuhan sejak lahir. Namun, terkadang pola pendidikan, tekanan lingkungan, kemiskinan, budaya, dan banyak faktor lain menjadi penghambat. Keduanya juga menyatakan bahwa dengan penanganan yang benar, maka kecerdasan anak yang seringkali diukur dengan IQ bisa terus ditingkatkan. Meski demikian, mereka tidak menyetujui jika IQ menjadi satu-satunya ukuran kecerdasan seorang anak.
Masalah standar kecerdasan yang menggunakan angka IQ memang kerap menjadi perdebatan di kalangan para ahli. Ada yang setuju dengan pentingnya IQ, namun banyak pula yang menolak teori tersebut, hingga lahirlah teori kecerdasan majemuk atau multiple intelligence yang dipelopori psikolog Howard Gardner. Gardner memperkenalkan 8 kecerdasan majemuk yang meliputi kecerdasan spasial, linguistik, matematis, kinestetis, musik, interpersonal, intrapersonal, dan naturalis.
Teori mana yang Anda pilih? Apa pun yang Anda pilih, para ahli sepakat perkembangan kecerdasan dan kejeniusan sang buah hati sangat tergantung pada peran orangtua. Praktisi pemerhati anak dan Senior Lecture Tiga Raksa Agung Mulyawan juga mengungkapkan pentingnya peran orangtua untuk memberi stimulas awal pada sang buah hati.
Secara teori, katanya, jumlah sel neuron yang diberikan Tuhan akan terus bertumbuh hingga anak berusia 2 tahun. Setelah itu, fasenya berganti dengan pertumbuhan jaringan antar-sel baru. Nah, perkembangan jaringan antar-sel ini sangat dipengaruhi stimulasi yang diberikan orangtua dan orang-orang lain di sekitar anak. Semakin baik dan banyak stimulus yang diberikan, maka semakin kaya pertumbuhan jarngan yang terjadi. “Itu sebabnya, muncul istilah usia emas pada anak-anak. Pada usia emas itulah orangtua memiliki peran yang paling besar,” terangnya ketika menjadi pembicara dalam Seminar Born to be Genius di RS Meilia, Cibubur.
Karena begitu besarnya pengaruh orangtua dalam menstimulus kecerdasan sang buah hati, Agung menyarankan agar para ayah dan bunda meluangkan waktu untuk melakukan kegiatan bersama sebagai bentuk stimulus. Mulai dari hal sederhana seperti mendongeng sebelum tidur, sampai bentuk stimulus lain yang diberikan sesuai perkembangan usia.
Agung kemudian memberi panduan berupa 8 langkah terukur yang bisa dilakukan orangtua, yaitu segera lakukan stimulus sedini mungkin, implementasikan harus penuh keceriaan, pahami bahwa orangtua adalah guru pertama anak, pahami juga bahwa pada dasarnya anak adalah pembelajar yang luar biasa. Selain itu, orangtua juga harus terus menggali rasa ingin tahu anak, bergerak selaras dan lebih cepat dalam melakukan stimulasi, jangan pernah bosan mengulangi stimulus, dan jangan lupa tumbuhkan rasa percaya diri pada anak dengan cara menghargai aktivitas positif yang mereka lakukan.
----------------------------------------------------------------------------
TIPS untuk Orangtua
ADA 8 langkah terukur yang bisa dilakukan orangtua dalam menstimulus kecerdasan anak. Berikut penjabarannya:
1. Mulai Segera
Berapa pun usia sang buah hati, mulailah memberi stimulus dari sekarang. Beberapa ahli seperti Prof Utami Munandar, Dr Seto Mulyadi dan Dr Keith Osborn dari Universitas.Georgia, mengungkapkan tiga tahap Pembelajaran pada anak.
- 0 – 4 tahun mencapai 50% (daya serap anak mencapai 50%, sehingga sering disebut The Golden Age )
- 4 – 8 tahun mencapai 80% (daya serap anak berkurang, hanya 30%)
- 8 - 18 tahun mencapai 100% (kemampuannya hanya 20%, yaitu sisanya saja)
2. Buatlah belajar menjadi sesuatu yang ringan dan menyenangkan
- Berikan Bimbingan yg tepat dirumah, contoh buku-buku yang terkonsep dan tertata dengan api, big block, word picture, puzzle, dan mainan edukatif lainnya.
- Meningkatkan Bakat anak secara dini, misalnya, jika anak suka main musik segera ikut sertakan les musik. Jika suka bermain sepakbola/futsal misalnya, silakan masukkan ke klubsepakbola/futsal.
- Bahkan pada usia satu tahun, stimulus terkait membaca dan matematika sudah bisa diajarkan. Tentu saja harus disesuaikan dengan usia.
3. Orangtua adalah guru pertama bagi sang buah hati
Bagaimana pun, orangtua adalah guru terbaik untuk memberikan stimulus di usia emas.
4. Pahami bahwa anak adalah pembelajar yang luar biasa.
- · Jangan anggap remeh anak Anda untuk belajar berbahasa, membaca, memperbanyak kosakata dll, karena anak Anda memiliki bakat yang luar biasa.
- Kenalkan anak Anda pada berbagai subjek. Lakukan Bed Time Story tidak lebih dari 15 menit setiap hari, karena menurut para ahli anak usia 0-6 tahun rentang perhatiannya masih rendah. Oleh karena itu, orangtua bisa membantu dengan kegiatan Mendongeng.
5. Terus gali rasa ingin tahu anak
Bisa dilakukan dengan memberikan apa yang anak suka. Misalnya, suka gambar binatang, maka berilah buku bacaan dengan gambar hewan.
6. Bergerak selaras dan lebih cepat dalam melakukan stimulasi
Ini penting dipahami karena orangtua berkejaran dengan usia emas pada anak.
7. Jangan pernah bosan mengulang stimulus
- Jangan menyerah jika gagal memberi sebuah stimulus. Lakukan lagi dan lagi.
- Percayalah, jika sudah waktunya, anak Anda pasti bisa.
8. Tingkatkan rasa percaya diri dan harga diri anak
- Jauhi kritik, jangan sengaja mengetes anak
- Beri penghargaan pada setiap aktivitas positif yang mereka lakukan. Cukup dengan pujian, pelukan, ciuman, mengajak bermain ke suatu tempat yang mereka suka, dll.
0 comments:
Post a Comment