BAYI Bunda sering menangis hingga lebih dari dua jam saat malam tiba atau 15 menit setelah menyusui? Ditambah wajah memerah, tangan mengepal disertai kaki ditarik seakan menunjukkan sikap kesakitan di bagian perut? Jika jawabannya ya, bisa jadi buah hati Anda mengalami kolik atau rasa sakit dan tidak nyaman di bagian perut. Orang awam menyebutnya perut kembung.
Menurut dr IGA Nyoman SpA dari RS Bunda, Jakarta Pusat, kolik adalah suatu gejala kompleks pada bayi yang ditandai dengan menangis kuat dan keras, nyeri perut dan rewel. “Kolik seringkali mulai timbul dalam waktu 10 hari hingga 3 minggu setelah bayi lahir. Biasanya kondisi iniberlangsung sampai bayi berusia 3-4 bulan dan akan menghilang dengan sendirinya," terangnya.
Tangisan bayi karena kolik berbeda dengan tangisan biasa. Ini dapat dibedakan dengan melihat ekspresi ketika menangis. Saat kolik terjadi, biasanya wajah buah hati terlihat kesal dan sedih. Kolik pada dasarnya tidak dikategorikan sebagai penyakit, namun pada beberapa kasus merupakan gejala penyakit tertentu, misalnya hernia.
Sebenarnya apa penyebab kolik? Sampai sekarang belum dapat diketahui secara pasti mengapa bayi bisa mengalami hal itu. Beberapa ahli mengungkapkan bahwa kolik disebabkan bakteri yang mengganggu pencernaan akibat penyumbatan yang mengakibatkan nyeri di perut (kolik).
Ahli lain mengatakan, kemungkinan karena terlalu banyak udara yang dihirup, sementara bayi belum mampu bersendawa. Akibatnya terjadipengumpulan gas (flatus) yang menjadikan perut bayi kembung.
Kolik juga bisa terjadi akibat ketidakmampuan bayi mengontrol emosi setelah terlahir dan berada di luar rahim sang bunda. Maklumlah, selama berada dalam perut bunda, bayi terbebas dari hawa dingin. Ketika lahir, ia merasa kehangatan di dalam balutan perut ibu hilang. Tapi jangan khawatir, jika itu penyebabnya, buah hati bunda akan segera menyesuaikan dengan kondisi tersebut.
Opini lain menyebutkan bahwa kolik disebabkan alergi usus terhadap susu dan refluks esofageal, yaitu keadaan yang terjadi jika kerongkongan mengalami iritasi karena asam dari lambung mengalir kembali ke kerongkongan. Bahkan ada yang menyebutkan kolik dipengaruhi makanan yang dikonsumsi ibu si pemberi ASI.
Seperti dikutip dari website Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), www.idai.or.id, sebuah penelitian menunjukkan bahwa sekitar sepertiga kasus kolik pada bayi disebabkan alergi terhadap protein susu sapi. Senyawa ini dapat ditemukan pada ASI dari ibu yang mengonsumsi susu sapi. Jika itu penyebabnya, maka sebaiknya ibu tidak mengonsumsi susu sapi. Bila kemudian kondisi bayi membaik, maka diet ibu yang bebas susu sapi harus terus dipertahankan selama 3 sampai 4 minggu atau mungkin lebih.
Cara mengatasi
Jika buah hati bunda mengalami kolik, cobalah menenangkan dengan cara paling sederhana, yakni dengan menggendong si bayi dan mengelusnya. Cara lain dengan memijatsebelum tidur. Langkah ini bisamembantu menenangkan dan membantu bayi terlelap.
Pijatan seperti apa yang bisa diberikan? Cukup dengan mengelus lembut perut bayi, mengikuti pola huruf U terbalik dengan menggunakan minyak telon. Bunda juga bisa menggunakan cara tradisional, menghaluskan bawang merah, kemudian campur dengan minyak telon. Balur seluruh badan hingga ujung kaki dengan ramuan tersebut. Banyak ibu mengatakan, cara ini sangat efektif mengurangi rasa sakit di perut, karena membantu mengeluarkan gas lewat kentut.
Kunci paling utama saat menghadapi bayi kolik, para bunda jangan panik dan harus tetap sabar mengurus kerewelan sang buah hati. Tapi apabila ibu merasa tidak tenang dantangisan bayi terdengar berlebihan, ada baiknya diperiksakan ke dokter spesialis anak. Bagaimanapun, sistem pencernaan bayi dan fungsi seluruh sel dalam tubuhnya memang belum sempurna.
Antisipasi
Mengutip ucapan ‘lebih baik mencegah daripada mengobati’ bisa diterapkan di sini. Meski kolik pada bayi tidak bisa dicegah, namun para orangtua bisa menghindari faktor-faktor yang berhubungan dengan kolik. Misalnya mengubah posisi bayi ketika menyusui atau mengganti susu formula (jika terdapat alergi susu sapi) dengan susu kedelai sesuai petunjuk dokter.
Foto: blog.babyoye.com
Foto: blog.babyoye.com
0 comments:
Post a Comment