Powered by Blogger.
Home » , » Kok Bisa, Mata Minus Diderita Anak-Anak?

Kok Bisa, Mata Minus Diderita Anak-Anak?

Written By Unknown on Monday, September 10, 2012 | 6:17 AM

Di Indonesia, kasus anak yang menderita kelainan refraksi  atau sering disebut dengan istilah miopa atau mata minus, jumlahnya kian banyak. Apa yang harus dilakukan orangtua? 
 
FANDI terkejut ketika putranya Bima Laksono, 9 tahun divonis menderita kelainan mata dengan jumlah minus dua untuk mata kiri dan tiga pada mata kanan. Meski sebelumnya sudah curiga, tapi Fandi tidak menyangka jumlah minus yang diderita begitu besar. “Kok bisa, anak-anak sudah menderita minus dengan angka seperti itu,” katanya dengan nada heran. 

Beberapa bulan terakhir, Bima menurut Fandi memang sering mengeluh pusing. Saat di sekolah, dia mengaku sulit membaca tulisan di papan tulis. Awalnya Fandi tidak terlalu memperhatikan, namun ketika keluhan semakin sering dilontarkan, dia mulai curiga dan akhirnya membawa Bima ke dokter mata.Kini, Bima memakai kacamata sesuai anjuran dokter. 


Di awal pemakaian, Fandi dan Ria sang isteri, kewalahan memberi pengertian. Bima merasa terganggu, terutama dengan berat kacamata di bagian hidung. “Kita sebagai orangtua memang harus sabar. Bima akhirnya bisa mengerti setelah merasakan sendiri manfaatnya, terutama ketika harus membaca tulisan di papan tulis sekolah,” papar Fandi. 

Penyebab Miopa Apa sebenarnya penyebab miopa atau mata minus pada anak? Dr Gusti G Suardana, ophthalmologist di Jakarta Eye Center, menjelaskan bahwa sampai sekarang belum diketahui secara pasti apa penyebab miopa pada anak. Meski demikian, ada beberapa hipotesis, antara lain karena faktor genetik dan juga lingkungan. “Jadi kalau orangtua atau ada keluarga dekat menderita miopa, maka kemungkinan menurun pada anak akan lebih besar,” katanya ketika ditemui di Jakarta Eye Center, Menteng, Jakarta Pusat. 

Bagaimana dengan faktor lingkungan? Di zaman sekarang, faktor lingkungan menurut Dr Gusti berperan besar. Pasalnya, anak-anak menjadi lebih sering bermain di dalam rumah dibanding outdoor. Anak-anak lebih banyak menggunakan mata untuk aktivitas dekat, seperti bermain video game, komputer,  menonton TV, dan menggunakan gadget. Belum lagi kebiasaan membaca tanpa memperhitungkan jarak pandang dan terang tidaknya cahaya. Akibatnya, timbul reaksi, sumbu bola mata menjadi lebih panjang hingga muncullah minus. 

Lalu, apa yang harus dilakukan untuk mencegah dan mengobati mata minus? Pertama-tama, terang dr Gusti, periksakan mata anak sejak dini dan secara teratur, misalnya satu tahun sekali. Lakukan upaya pencegahan dengan cara memberi pengertian pada anak tentang pentingnya sikap tubuh yang baik untuk mencegah kelainan pada mata. “Perhatikan jarak saat membaca, menonton, mau pun bermain game dan komputer. Sebaiknya setiap 20-30 menit sekali, mata diistirahatkan dengan cara melihat jarak jauh agar kembali rileks,” terangnya. 

Jika sudah terlanjur minus, maka upaya yang harus dilakukan adalah menghambat agar minus tidak terus bertambah. Memeriksakan mata secara rutin, menggunakan kacamata, dan mengikuti anjuran dokter sangat disarankan. 

Mengkonsumsi vitamin A juga diperlukan, karena vitamin A mengandung antioksidan, sehingga bisa membantu menghambat efek buruk rangsangan minus. Masalahnya, seberapa banyak vitamin A harus dikonsumsi? Dr Gusti menjawab secukupnya saja. Tidak ada patokan ilmiah yang menyebutkan berapa banyak wortel harus dikonsumsi selama satu minggu, misalnya. “Jadi secukupnya saja, jangan berlebih. Kalau berlebih bisa memunculkan masalah lain,” tukasnya. 

Ketika ditanya soal penggunaan softlens pada anak, dia tidak menganjurkan, meski pada kasus tertentu terpaksa digunakan. “Penggunaan softlens sangat tergantung pada kebiasaan anak. Apakah dia bisa menjaga kebersihan, tidak mengucek mata, dsb. Itu sebabnya, jika tidak benar-benar diperlukan, tidak disarankan.” 

Dr Gusti , menegaskan sampai sekarang belum ada cara jitu untuk mengobati miopa. Karena itu, langkah mencegah dan menghambat penambahan minus adalah yang terbaik. Itu berarti, orangtua harus benar-benar memperhatikan dan  memberi pengertian pada anak menyangkut kebiasaan-kebiasaan yang benar dan harus dilakukan. Tidak kalah penting, Dr Gusti menyarankan untuk memeriksakan mata sang buah hati  secara berkala.  

Tips Mencegah Minus
  • Disamping faktor genetik, kebiasaan atau habit berpengaruh besar pada kemungkinan munculnya miopa. Karena itu, peran orangtua untuk menumbuhkan habit yang baik sangat besar.
  • Yakinkan anak agar membaca, bermain game dan komputer, serta menonton televisi dengan jarak yang aman. Jarak membaca yang baik minimal 30 cm, duduk tegak, jangan sambil tengkurap atau pun tidur telentang. Jarak menonton televisi minimal 2 meter, dan jarak pandang ke komputer sedikitnya 50 cm.
  • Saat melakukan kegiatan seperti membaca, menonton, dan bermain komputer, sebaiknya lakukan jeda setiap 20-30 menit dengan cara melihat jauh agar mata menjadi rileks kembali.
  • Penerangan saat melakukan kegiatan harus cukup, jangan terlalu redup dan jangan pula terlalu terang.
  • Arahkan anak agar melakukan outdoor activity.
Share this article :

0 comments:

Post a Comment

 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Copyright © 2011. Belajar di Mall - All Rights Reserved
Template Modify by Creating Website
Proudly powered by Blogger