Obesitas pada anak bisa memunculkan berbagai risiko, mulai dari terhentinya napas saat tidur, sampai meningkatnya risiko penyakit jantung, diabetes, hipertensi, stroke, dan kanker di masa mendatang.
SERAMNYA kalau melihat deretan penyakit yang bisa ditimbulkan obesitas. Belum lagi kerugian emosional, karena anak bisa menjadi kurang percaya diri. Parahnya lagi, jumlah anak obesitas di dunia dan Indonesia terus meningkat dari tahun ke tahun. Banyaknya makanan yang tidak sehat dan pola makan yang salah menjadi pemicu kegemukan.
Data dari Badan Kesehatan Dunia (WHO) tahun 2010 menunjukkan 43 juta anak balita menderita obesitas, 35 juta di antaranya berada di negara berkembang dan sisanya 8 juta balita ada di negara-negara maju. Di Indonesia, data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) Departemen Kesehatan 2010, menunjukkan obesitas pada balita mencapai 14 persen, sedangkan anak usia 15 tahun ke atas persentasenya 19,1 persen.
Tingginya jumlah balita dan anak penderita obesitas jelas meresahkan. Pemerintah beberapa negara sampai merasa perlu mengeluarkan kebijakan untuk mengurangi dan mengontrol berat badan anak. Pemerintah Prancis misalnya, melakukan kontrol makanan dan minuman yang dijual di sekolah. Selain itu, makanan yang mengandung lemak, garam, dan gula tinggi dikenakan pajak yang lebih tinggi juga. Hasilnya, angka obesitas anak di negara tersebut mengalami penurunan.
Langkah pemerintah Prancis, rasanya bisa diadaptasi di Indonesia. Apalagi jumlah balita dan anak-anak yang mengalami kelebihan berat badan dan obesitas terus meningkat. Itu berarti mereka nantinya akan lebih rentan terhadap berbagai penyakit.
Ahli gizi dari RS Atmajaya dan RS Gading Pluit dr Nanny Djaja MS Sp GK, memaparkan, obesitas pada balita dan anak-anak bisa meningkatkan risiko terhentinya nafas saat tidur, diabetes, kolestrol tinggi, memunculkan rasa kurang percaya diri, dll. Ketika dewasa, obesitas pada anak juga meningkatkan risiko hipertensi, jantung, diabetes, stroke, dan kanker. Duuh…seram kan ayah dan bunda.
Penyebab dan Pencegahan
Dokter Nanny menyebutkan, penyebab obesitas pada anak cukup beragam. Antara lain bisa karena genetik, perubahan pola makan seperti meningkatnya asupan tinggi kalori, lemak dan rendah serat, serta berkurangnya aktifitas fisik.
Untuk mencegah dan mengatasi obesitas pada anak, orangtua disarankan untuk menciptakan dan memelihara pola makan gizi seimbang. Biasakan anak sarapan pagi sebelum berangkat ke sekolah, meskipun hanya minum susu dan makan telur rebus saja. Hasil penelitian menunjukkan hubungan antara sarapan pagi dengan prestasi akademik anak.
Selain itu, kurangi atau hindari juga konsumsi makanan siap saji karena dipastikan mengandung lemak tinggi, garam dan penyedap masakan. Hindari juga makanan dan minuman manis seperti biskuit manis, coklat, ice cream, sirup, permen dsb. Batasi camilan pada anak atau ganti camilan dengan buah bila anak masih terlihat lapar. Camilan yang banyak dijual di pasaran rata-rata mengandung penyedap rasa. Padahal hasil penelitian menyebutkan bahwa penyedap rasa akan memengaruhi kecerdasan pada anak.
Jangan lupa tingkatkan aktivitas fisik, misalnya oleh raga bersama seluruh keluarga. Orangtua sebaiknya memotivasi anak untuk jalan kaki ke sekolah (bila memungkinkan) atau mendorong mereka bermain dengan teman dan mengurangi bermain game atau menonton film.
Bunda juga perlu menakar asupan susu dan makanan. Bila anak sudah terlanjur obesitas, maka cara terbaik dan paling aman adalah berkonsultasi dengan dokter. “Jangan sembarangan melakukan diet. Sebab, anak-anak masih mengalami proses tumbuh kembang, sehingga tetap membutuhkan sejumlah kalori, vitamin, dan mineral,” ujar Dokter Nanny.
----------------------------------------------------------------------
TIPS Menurunkan Berat Badan Anak Balita
SERAMNYA kalau melihat deretan penyakit yang bisa ditimbulkan obesitas. Belum lagi kerugian emosional, karena anak bisa menjadi kurang percaya diri. Parahnya lagi, jumlah anak obesitas di dunia dan Indonesia terus meningkat dari tahun ke tahun. Banyaknya makanan yang tidak sehat dan pola makan yang salah menjadi pemicu kegemukan.
Data dari Badan Kesehatan Dunia (WHO) tahun 2010 menunjukkan 43 juta anak balita menderita obesitas, 35 juta di antaranya berada di negara berkembang dan sisanya 8 juta balita ada di negara-negara maju. Di Indonesia, data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) Departemen Kesehatan 2010, menunjukkan obesitas pada balita mencapai 14 persen, sedangkan anak usia 15 tahun ke atas persentasenya 19,1 persen.
Tingginya jumlah balita dan anak penderita obesitas jelas meresahkan. Pemerintah beberapa negara sampai merasa perlu mengeluarkan kebijakan untuk mengurangi dan mengontrol berat badan anak. Pemerintah Prancis misalnya, melakukan kontrol makanan dan minuman yang dijual di sekolah. Selain itu, makanan yang mengandung lemak, garam, dan gula tinggi dikenakan pajak yang lebih tinggi juga. Hasilnya, angka obesitas anak di negara tersebut mengalami penurunan.
Langkah pemerintah Prancis, rasanya bisa diadaptasi di Indonesia. Apalagi jumlah balita dan anak-anak yang mengalami kelebihan berat badan dan obesitas terus meningkat. Itu berarti mereka nantinya akan lebih rentan terhadap berbagai penyakit.
Ahli gizi dari RS Atmajaya dan RS Gading Pluit dr Nanny Djaja MS Sp GK, memaparkan, obesitas pada balita dan anak-anak bisa meningkatkan risiko terhentinya nafas saat tidur, diabetes, kolestrol tinggi, memunculkan rasa kurang percaya diri, dll. Ketika dewasa, obesitas pada anak juga meningkatkan risiko hipertensi, jantung, diabetes, stroke, dan kanker. Duuh…seram kan ayah dan bunda.
Penyebab dan Pencegahan
Dokter Nanny menyebutkan, penyebab obesitas pada anak cukup beragam. Antara lain bisa karena genetik, perubahan pola makan seperti meningkatnya asupan tinggi kalori, lemak dan rendah serat, serta berkurangnya aktifitas fisik.
Untuk mencegah dan mengatasi obesitas pada anak, orangtua disarankan untuk menciptakan dan memelihara pola makan gizi seimbang. Biasakan anak sarapan pagi sebelum berangkat ke sekolah, meskipun hanya minum susu dan makan telur rebus saja. Hasil penelitian menunjukkan hubungan antara sarapan pagi dengan prestasi akademik anak.
Selain itu, kurangi atau hindari juga konsumsi makanan siap saji karena dipastikan mengandung lemak tinggi, garam dan penyedap masakan. Hindari juga makanan dan minuman manis seperti biskuit manis, coklat, ice cream, sirup, permen dsb. Batasi camilan pada anak atau ganti camilan dengan buah bila anak masih terlihat lapar. Camilan yang banyak dijual di pasaran rata-rata mengandung penyedap rasa. Padahal hasil penelitian menyebutkan bahwa penyedap rasa akan memengaruhi kecerdasan pada anak.
Jangan lupa tingkatkan aktivitas fisik, misalnya oleh raga bersama seluruh keluarga. Orangtua sebaiknya memotivasi anak untuk jalan kaki ke sekolah (bila memungkinkan) atau mendorong mereka bermain dengan teman dan mengurangi bermain game atau menonton film.
Bunda juga perlu menakar asupan susu dan makanan. Bila anak sudah terlanjur obesitas, maka cara terbaik dan paling aman adalah berkonsultasi dengan dokter. “Jangan sembarangan melakukan diet. Sebab, anak-anak masih mengalami proses tumbuh kembang, sehingga tetap membutuhkan sejumlah kalori, vitamin, dan mineral,” ujar Dokter Nanny.
----------------------------------------------------------------------
TIPS Menurunkan Berat Badan Anak Balita
- Mengganti susu full cream dengan susu low fat.
- Mengganti camilan misalnya biskuit tinggi kalori dengan buah buahan yang kalorinya lebih rendah.
- Mengganti kebiasaan makan ice cream dengan agar-agar jelly yang dapat membuat anak lebih kenyang.
- Kurangi asupan karbohidra. Jika biasanya anak makan mie 1 mangkuk, dikurangi menjadi separuhnya, ditambah jus atau buah buahan untuk mengurangi rasa lapar.
- Tambah porsi buah setiap harinya.
- Hindari gorengan sebagaii camilan.
- Perbanyak minum air putih bukan es sirup atau minuman manis lainnya.
- Perlu diketahui, kenaikan berat badan dan pola makan ibu ketika hamil memunyai pengaruh pada sebagian anak balita yang mengalami obesitas. Namun, yang memberikan pengaruh paling besar adalah pemberian makanan pendamping bayi yang terlalu dini.
0 comments:
Post a Comment