SERING kali orangtua mengeluhkan rendahnya disiplin anak-anak. Ketika tiba waktu mandi, mengerjakan PR, bangun tidur, dan sebagainya, mereka harus terus-menerus mengingatkan, bahkan terkadang harus berteriak dan berdebat karena sering mendengar jawaban ‘nanti’ dan ‘sebentar lagi.’
Beberapa psikolog menyebutkan perilaku tersebut berkaitan dengan pengajaran disiplin sejak usia dini. Sebagian lagi mengatakan, perilaku seperti itu menjadi tanda orangtua gagal menegakkan otoritas karena terbuai dengan keinginan untuk menjadi sahabat bagi anak-anak mereka.
Untuk mengetahui lebih jauh tentang apa sebenarnya yang dimaksud dengan disiplin, seberapa penting penegakkan disiplin pada anak, dan bagaimana cara serta pada usia berapa bisa dimulai, Sang Buah Hati melakukan wawancara dengan psikolog dari Proxima Consultant Ayu Windiyaingrum M Psi. Berikut kutipan wawancaranya.
Foto: she.sulekha.com
Seberapa penting sebenarnya mendisiplinkan anak sejak usia dini?
Pada dasarnya disiplin adalah proses mengenalkan dan mengajarkan anak tentang perilaku apa saja yang diharapkan dan dapat diterima lingkungan.Dengan kata lain, disiplinberkaitan dengan upaya orangtua mengenalkan anak pada aturan-aturan yang berlaku dalam lingkungan. Untuk itu, pengajaran disiplin memang harus dimulai sejak usia dini, tentu disesuaikan dengan tingkatan usia.
Sebaiknya dilakukan sejak usia berapa?
Sedini mungkin. Cara yang ditempuh tentu tergantung pada perilaku apa yang ingin dibentuk serta disesuaikan dengan tahap perkembangan anak. Bahkan sejak usia bayi, disiplin sudah dapat diterapkan oleh ayah/bunda. Misalnya, saat anak tidur, orangtua meletakkannya pada box bayi atau tempat tidur atau tidak dengan cara menggendong. Kebiasaan seperti itu, tanpa disadari sudah mengajarkan anak untuk mandiri dan disiplin. Contoh lain, ketika memasuki usia balita, orangtua bisa membiasakan anak makan dan minum dalam kondisi duduk dan menggunakan tangan kanan ketika mengambil makanan.
Apa yang perlu diketahui orangtua dalam hal penerapan disiplin?
Pertama-tama tentu disesuaikan dengan perilaku apa yang ingin dibentuk serta mempertimbangkan usia anak. Beberapa hal yang penting dalam penerapan disiplin adalah :
1. Komitmen ayah/bunda terhadap disiplin yang akan diterapkan. Hal ini menjadi penting karena anak akan melakukan apa yang orangtua katakan. Ketika orangtua menjelaskan bahwa perilaku A akan mendapatkan konsekuensi B, maka konsekuensi itu harus benar-benar diterapkan.
2. Buatlah target atau harapan yang realistis pada anak. Jangan meminta anak untuk melakukan sesuatu di luar batasan usia dan kemampuan yang dapat dilakukannya. Misalnya meminta anak harus dapat membersihkan diri setelah buang air saat usianya masih 2 tahun. Tentu itu tidak masuk akal.
3. Tentukan hal-hal yang berarti bagi anak. Orangtua tentunya mengetahui kegiatan atau barang apa yang berarti bagi anak. Ini akan membantu ayah/bunda untuk dapat memberikan rewardsesuai dengan perilaku yang diharapkan. Rewardtidak selalu dalam bentuk barang, tetapi juga bisa berbentuk aktivitas yang menyenangkan, ucapan dukungan, pelukan dan sebagainya.
4. Gunakan bahasa yang sesuai dengan tahapan perkembangan anak dalam menjelaskan aturan tertentu. Gunakan kalimat-kalimat sederhana dan penjelasan yang konkrit. Misalnya, pada anak usia pra sekolah dan kanak-kanak, jelaskan mengapa dia harus membuang sampah ke tempat sampah. Sedangkan pada anak usia pra remaja, ajak mereka diskusi.
5. Penetapan aturan yang konsisten antara ayah dan bunda sangatlah penting, agar anak tidak menjadi bingung mengenai aturan mana yang dapat diikuti atau mencoba untuk mencari celah yang dapat dilanggar.
6. Gunakan kalimat positif dalam memberikan arahan mengenai perilaku yang diharapkan. Misalnya, lebih baik mengatakan, “Buang sampah di tempat sampah, ya nak.” daripada, ”Jangan buang sampah disitu.”
Apa akibatnya jika disiplin terlambat dilakukan?
Penerapan disiplin sejak dini akan membantu anak mengenal aturan dan menampilkan perilaku sesuai tuntutan lingkungan. Anak tidak bertindak dengan aturannya sendiri melainkan belajar berkompromi antara dirinya dengan tuntutan-tuntutan yang ada di lingkungan sekitarnya. Kebiasaan disiplin dalam keluarga yang sudah ditanamkan sejak dini akan membantu anak untuk dapat menyesuaikan diri dengan aturan pada lingkungan baru yang dimasuki, misalnya sekolah.
Bagaimana jika anak sudah 9 tahun lebih, tetapi orangtua belum berhasil mendisiplinkan bahkan untuk hal-hal sederhana seperti membereskan tempat tidur?
Ayah/bunda perlu memilah-milah perilaku disiplin apa yang ingin diterapkan pada anak. Pecah-pecah menjadi satuan perilaku, sehingga anak memahami tuntutan apa saja yang harus dipenuhi. Fokuskan pada satu perilaku sebelum beralih ke perilaku lainnya. Terapkan aturan yang konsisten dan buat kesepakatan bersama (pada anak usia yang lebih besar bisa diajak diskusi bersama) mengenai konsekuensi yang akan diterima jika ia berhasil menampilkan perilaku tertentu.
Diskusikan juga mengapa ayah/bunda merasa hal tersebut penting dan anak perlu melakukan. Cara ini akan membuat anak merasa dihargai karena “dimanusiakan” dan bukan sekadar robot yang harus mengikuti aturan tanpa mengetahui prinsip dasar pentingnya ia melakukan hal tersebut. Hati-hati, disiplin bisa menjadi pisau bermata dua. Penerapan disiplin yang konsisten disertai contoh tentu akan membantu anak untuk memahami dengan baik perilaku apa yang diinginkan serta respek pada orangtua. Sebaliknya, inkonsistensi aturan dan tanpa teladan akan membuat anak bingung dan hidup dengan aturannya sendiri.
BIODATA
Nama : Ayu Windiyaningrum, M. Psi
TTL : Jakarta, 5 April 1984
Pendidikan : Fakultas Psikologi UI
2002-2006 – Lulus S1, Fak Psikologi UI
2008-2010 – Lulus Magister Profesi Psikologi Pendidikan Fak Psikologi UI
Saat ini berpraktik sebagai psikolog di PROXIMA consultant. Ia juga terlibat aktif dalam program Kick Andy Foundation. Setelah menyelesaikan pendidikan S1 Psikologi di Univesitas Indonesia (UI) dalam waktu 3,5 tahun, ia sempat menjadi asosiat psikolog di beberapa perusahaan.
Sejak S1 hingga saat melanjutkan pendidikan S2 Psikologi pada Program Magister Profesi Psikologi UI, penelitian-penelitian yang Ayu lakukan banyak berkaitan dengan siswa berkebutuhan khusus. Ia banyak terlibat dalam penanganan layanan psikologi, khususnya dalam bidang pendidikan.
0 comments:
Post a Comment