Keputihan bisa menyerang segala usia. Jika bayi, balita, atau anak Anda tiba-tiba keputihan, jangan panik. Pahami penyebab dan gejalanya.
SI kecil keputihan? Kok bisa? Jangan panik dulu, karena keputihan memang tidak mengenal usia. Bisa menyerang bayi, balita, anak-anak hingga perempuan dewasa. Penyebabnya bermacam-macam pula, mulai dari jamur sampai indikasi penyakit yang lebih parah. Bisa berbahaya, bisa juga tidak.
Felicia, 32 tahun terkejut ketika mendapati celana dalam Phoebi, 1 tahun berbercak mirip keputihan. Panik, sore itu juga dia membawa buah hatinya ke dokter. Setelah itu, Felicia baru bisa bernapas lega. Dokter yang biasa menangani anaknya, mengatakan apa yang terjadi merupakan proses normal yang bisa terjadi pada anak-anak bahkan bayi. Keputihan yang dialami Phoebi bukan karena penyakit, tetapi merupakan bagian dari proses perkembangan alat kelamin yang belum sempurna.
Tindakan Felicia membawa Phoebi ke dokter tidaklah salah. Lebih baik berhati-hati dari pada salah melangkah. Pada dasarnya, keputihan dibedakan menjadi dua jenis, yaitu keputihan fisiologi (normal) misalnya karena perkembangan alat kelamin dan keputihan patalogis.
Jenis kedualah yang perlu diwaspadai, karena bisa disebabkan oleh jamur, alergi, bakteri, parasit, cacing, infeksi, dll. Bahkan ada penyebab ekstrem seperti rasa ingin tahu balita dengan memasukkan benda ke daerah kemaluan, atau pun kemungkinan terjadi pelecehan seksual.
Ciri & Penyebab
Bagaimana cara membedakan jenis keputihan fisiologi dan patalogis? Secara umum dapat dibedakan dari warna, bau, jumlah cairan, dan kekentalan.Keputihan fisiologi biasanya berwarna putih jernih. Sedangkan jenis patalogis bisa putih susu, kuning, kehijauan, cokelat, bahkan kemerahan dan bau. Ciri lainnya, jumlah cairan patalogis cenderung banyak dengan kekentalan bervariasi.
Penyebab keputihan pada bayi, balita, dan anak-anak bisa sangat beragam. Secara spesifik bisa dijelaskan bahwa jamur, bakteri, dan sejenisnya senang tumbuh di tempat lembab. Karena itu, orangtua perlu menjaga agar celana dalam anak tetap kering dan bersih. Gunakan bahan yang menyerap keringat, dan sering-seringlah mengganti. Pada anak-anak, setidaknya dua sampai tiga kali sehari.
Selain kelembaban, orangtua juga perlu mewaspadai kebersihan dan faktor alergi. Kebersihan di sini terkait bagaimana cara membersihkan pantat seusai buang air besar. Untuk bayi, gerakan membersihkan harus dari arah vagina ke pantat, bukan sebaliknya. Ini untuk menghindari kemungkinan penyebaran kuman BAB ke daerah kemaluan. Sebaiknya, saat membersihkan menggunakan air mengalir dan jangan lupa dikeringkan.
Faktor alergi juga perlu diwaspadai karena bisa menjadi pencetus infeksi. Penyebabnya juga beragam, antara lain bisa terjadi karena penggunaan bedak tabur dan juga sabun yang menggunakan pewangi. Saat ini banyak dokter tidak menyarankan penggunaan bedak tabur pada bayi. Andai digunakan, ditekankan untuk hati-hati dan menghindari daerah kemaluan karena bisa memicu alergi bahkan infeksi jika masuk ke daerah kemaluan si kecil.
Untuk wewangian, bayi dan anak-anak tertentu memiliki sensitivitas tinggi. Jika demikian, disarankan untuk menggunakan sabun tanpa pewangi dengan ph balance. Hindari pula duduk disembarang tempat seperti tanah dan tempat-tempat yang lembab. Keputihan juga bisa dipicu cacing kremi. Perhatikan pula usai berenang agar segera membilas diri dan membersihkan daerah kemaluan anak dengan benar.
Dengan mengetahui penyebab, jenis, dan ciri-ciri keputihan, orangtua bisa lebih memahami, menghindari dan waspada jika menemukan gejala keputihan patalogis pada sang buah hati. Bila terlihat mengarah pada jenis patalogis, segera bawa ke dokter agar infeksi tidak menjalar kemana-mana. Dokter akan melakukan penanganan yang tepat, biasanya akan diberi antibiotik.
Foto: mybabychart.com
0 comments:
Post a Comment