Mata juling bisa menimpa siapa saja, termasuk buah hati tercinta. Segera konsultasikan ke dokter agar bisa diatasi sedini mungkin.
SARAH dan Budiman merasakan kepedihan, ketika bagian hitam mata anak pertama mereka Taufan Savana, 3 tahun terlihat tidak seimbang. Yang sebelah kiri terlihat normal, namun sebelah kanan cenderung ke bawah dan agak ke dalam (pangkal hidung).
Ketidak seimbangan itu terlihat kian parah seiring pertambahan usia. Ketika Taufan berusia 3.5 tahun, Sarah dan Budiman semakin yakin ada kelainan pada mata putranya. Mereka pun membawa ke dokter mata dan akhirnya Taufan divonis menderita mata malas.
Sejak saat itu, Taufan menjalani terapi untuk menyeimbangkan kemampuan kedua matanya. Tidak mudah membujuk Taufan untuk menjalani terapi. Pasalnya, sebelah matanya harus ditutup agar mata kanannya yang lemah bisa dipaksa bekerja, sampai memiliki kemampuan yang sama dengan sebelah kiri. “Butuh kesabaran, tapi kami lega karena sudah mengetahui penyebabnya. Sekarang tinggal menjalani terapi,” papar Sarah.
Penyebab Mata Juling
Apa sebenarnya penyebab mata juling? Dr Gusti G Suardana, ophthalmologist dari Jakarta Eye Center, menjelaskan bahwa mata juling merupakan kondisi di mana kedudukan mata sedemikian rupa, sehingga bola mata yang satu bisa tertuju pada satu objek dengan benar, namun mata lainnya mengalami penyimpangan, bisa ke dalam, ke luar, ke bawah, atau ke atas.
Sampai sekarang, penyebab mata juling belum bisa diketahui secara pasti. Meski demikian, faktor genetik diperkirakan ikut berperan. “Jadi, jika ada anggota yang menderita mata juling, maka kemungkinan besar bisa menurun generasi berikut,” terang Dr Gusti.
Meski faktor genetik ikut berperan, namun ada beberapa faktor risiko yang perlu diwaspadai karena bisa meningkatkan risiko, antara lain kelahiran prematur. Menurut Dr Gusti, data statistik menunjukkan kecenderungan tersebut.
Mata juling juga terkait kelainan hipermopia, yaitu mata plus pada anak. Anak yang menderita mata plus dengan angka lumayan besar, biasanya punya kecenderungan bola mata masuk ke dalam. Tetapi, kecenderungan itu akan hilang bila sudah menggunakan kacamata. Trauma karena pernah kecelakaan dan penderita tumor otak juga bisa menyebabkan mata juling. Biasanya disebabkan karena penglihatan pada satu mata menjadi buruk. “Dalam kasus seperti itu, bisa jadi julingnya tidak permanen, hanya muncul saat kondisinya lelah atau sedang sakit.”
Juling bisa juga terjadi karena ketidakseimbangan pertumbuhan kemampuan mata kanan dan kiri, seperti kasus yang dialami Taufan Savana . Kondisi seperti itu biasa disebut dengan istilah mata malas. Artinya sebelah mata tidak bisa berkembang atau berfungsi maksimal.
Karena itu, harus dilakukan terapi rutin dengan cara menutup mata yang normal, memaksa mata yang lemah untuk terus bekerja, hingga bisa mencapai kemampuan yang sama dengan mata sebelahnya.
Dr Gusti juga menyinggung kemungkinan terjadi juling palsu yang sebenarnya tidak berbahaya dan bisa sembuh dengan sendirinya, seiring dengan pertambahan usia.
Juling palsu biasanya terlihat pada ras Mongoloid, karena bentuk wajah belum sempurna atau bisa juga karena faktor batang hidung lebih lebar. Karena itu, seiring dengan kian sempurnanya wajah, juling palsu itu akan hilang dengan sendirinya. “Saat mata makin menjauh, maka kesan juling akan hilang. Ini hanya karena pengaruh bentuk muka dan kelopak mata,” jelasnya.
Penanganan
Jika menemui kasus mata juling pada anak, maka langkah pertama yang harus dilakukan tentu memeriksakan ke dokter mata. Dokter akan memeriksa dan kemudian melakukan koreksi. Langkah-langkahnya bisa saja dengan kewajiban menggunakan kacamata plus, minus sampai tindakan lanjut berubah bedah yang biasanya dilakukan setelah anak memasuki usia satu tahun.
Jika menemui kasus mata juling pada anak, maka langkah pertama yang harus dilakukan tentu memeriksakan ke dokter mata. Dokter akan memeriksa dan kemudian melakukan koreksi. Langkah-langkahnya bisa saja dengan kewajiban menggunakan kacamata plus, minus sampai tindakan lanjut berubah bedah yang biasanya dilakukan setelah anak memasuki usia satu tahun.
Satu hal yang harus diingat, papar Dr Gusti, pembedahan tidak menjamin selamanya sembuh atau mata tidak akan kembali juling. Namun, pembedahan dipastikan bisa membantu pengontrolan karena memudahkan penyatuan bayangan mata kiri dan kanan.
“Dokter tidak akan bisa menjamin 100% sembuh. Banyak hal yang masih misteri. Misalnya, mengapa orang yang mata sebelahnya tidak bisa melihat tapi tidak juling, atau ada juga mata yang satu tidak bisa melihat dan menjadi juling. Jadi, yang terpenting adalah melakukan pengontrolan,” tandasnya.
Foto: buzzle.com
Tips:
1. Periksanakan mata bayi sedini mungkin pada usia 6 bulan ke atas, untuk melihat kedudukan bola matanya bagus atau tidak? Apakah menderita juling palsu atau atau memang ada kelainan.
1. Periksanakan mata bayi sedini mungkin pada usia 6 bulan ke atas, untuk melihat kedudukan bola matanya bagus atau tidak? Apakah menderita juling palsu atau atau memang ada kelainan.
2. Pemeriksaan sedini mungkin akan sangat membantu proses koreksi yang bisa dilakukan. Dokter bisa segera melakukan intervensi supaya penglihatan seimbang kiri dan kanan.
3. Saat terjadi masalah, dokter juga dapat melakukan koreksi sesuai kasus. Jika memang harus dibedah, bisa segera dilakukan pada usia satu tahun ke atas.
0 comments:
Post a Comment