Powered by Blogger.
Home » , , » Jangan sepelekan PMS

Jangan sepelekan PMS

Written By Unknown on Saturday, March 2, 2013 | 10:31 AM

SEKITAR 85% perempuan mengalami gangguan fisik dan psikis menjelang, saat, atau pun sesudah menstruasi. Biasanya berlangsung antara satu minggu sebelum dan sesudah mentruasi atau haid.

Tapi tahukah Anda, cukup banyak perempuan yang mengalami gejala prementruasi sindrom (PMS) dalam rentang waktu cukup lama. Mereka hanya terbebas satu minggu dalam sebulan. Artinya hormon mereka hanya normal selama satu bulan. Selebihnya, mereka mengalami gangguan ringan hingga berat. Mulai dari sakit fisik seperti pusing, mual, pembengkakan payudara, perut kembung, sampai pingsan. Mulai dari ledakan emosi dalam bentuk amarah, sensitivitas yang tinggi, sedih, sunyi, hingga keinginan bunuh diri.

Dharmady, psikiater dari dari Fakultas Kedokteran Unika Atma Jaya mengatakan, perempuan yang masa haidnya tidak teratur dalam arti mengalami kemajuan tanggal tiap bulan, berisiko kian lama menderita premenstruasi sindrom. “Jika gejalanya ringan tidak masalah. tapi jika berat, apalagi secara psikologis mengalami depresi, sebaiknya melakukan konsultasi,” katanya.

Berbagai penelitian menyebutkan, beberapa faktor meningkatkan risiko terjadinya PMS. Antara lain, status perkawinan. Disebutkan, perempuan yang sudah menikah lebih banyak mengalami PMS dibanding yang belum. Juga perempuan yang sudah melahirkan beberapa anak. Sebuah jurnal kedokteran menegaskan, peningkatan PMS terjadi pada usia 30 hingga 45 tahun. Setelah itu biasanya secara perlahan terjadi penurunan risiko.

Situs mentruasi.com mengutip penelitian Dr Guy E Abraham, ahli kandungan dan kebidanan dari Fakultas Kedokteran UCLA, AS. Ahli ini membagi PMS dalam empat tipe.  Perlu dbaca, supaya Anda tahu, termasuk tipe apa PMS Anda. Dengan demikian bisa dilakukan tindakan meminimalisasi gejala:

1. Tipe A (Anxiety)
Ditandai dengan gejala cemas, sensitif, saraf tegang, dan perasaan labil. Beberapa wanita bahkan mengalami depresi ringan sampai sedang. Saran: Konsumsi makanan berserat, jangan merokok dan batasi asupan kafein dari kopi, teh, dan cokelat.

2. Tipe C (Craving)
Muncul gejala pembengkakan pada perut (kembung), nyeri pada buah dada, tangan, kaki, serta terjadi peningkatan berat badan. Biasanya terjadi karena asupan garam dan gula yang tinggi pada penderita. Gejala pada tipe ini dapat juga dirasakan bersamaan dengan tipe-tipe lain. Saran: Kurangi asupan garam dan gula. Juga jumlah cairan yang masuk ke dalam tubuh.
3. Tipe D (Depression)

Biasanya mengalami rasa lapar, ingin mengonsumsi makanan yang manis (cokelat) dan karbohidrat sederhana. Biasanya setelah menyantap dalam jumlah banyak muncul gejala hipoglikemia seperti kelelahan, jantung berdebar, pusing, terkadang sampai pingsan. Gejala ini muncul karena peningkatan hormon insulin. Saran: Perbanyak konsumsi sayuran hijau, biji-bijian, gandum, dan kacang-kacangan.
4. Tipe H (Hyperhydration)

Muncul keinginan menangis, lemah, gangguan tidur, pelupa, bingung, sulit berkata-kata. Bahkan muncul rasa ingin bunuh diri atau mencoba bunuh diri. Biasanya tipe ini berlangsung bersamaan dengan tipe A. Hanya 3% penderita yang murni mengalami tipe D. Saran: tingkatkan konsumsi vitamin B6 dan magnesium.

Foto: healthtrap.com
Share this article :

0 comments:

Post a Comment

 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Copyright © 2011. Belajar di Mall - All Rights Reserved
Template Modify by Creating Website
Proudly powered by Blogger